Etos Kerja dan Konsitensi Sineas Muda Masih Kurang

Read Time:3 Minute, 7 Second
Dunia perfilman semakin hari semakin memiliki banyak keberagaman. Banyak karya-karya anak bangsa saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Kebanyakan karya ini merupakan karakter film indie dengan ide-ide cerita yang menarik. Berikut petikan wawancara Reporter INSTITUT, Erika Hidayanti dengan salah satu sutradara film Indonesia, Ario Rubbik, Rabu (04/12).
Bagaimana pendapat Anda mengenai spirit anak muda zaman sekarang dalam dunia sinematografi? 
Sepengetahuan saya, sineas  muda sekarang ini secara ide sangat kreatif. Mereka berani out of the box, tidak berpikiran mainstream. Hal ini membuat dunia perfilman semakin variatif. Namun, secara teknis masih banyak yang harus diperbaiki. Selain itu, etos kerja sineas muda saat ini juga masih dirasakan kurang. 
Menurut Anda, apa yang membedakan anak muda saat ini dengan zaman dulu dalam dunia sinematografi?
Untuk dulu dan sekarang jelas perbedaannya. Sekarang anak-anak muda lebih mudah untuk mendapatkan akses pembelajaran. Mereka bisa belajar film melalui internet dan buku-buku. Sedangkan dulu, internet masih belum ada. Buku-buku  juga saat itu sangat sulit didapatkan. Kita hanya bisa memesan buku perfilman dari Singapura atau Amerika Serikat, itu pun harganya sangat mahal. Jadi, sebenarnya kesempatan teman-teman muda saat ini lebih terbuka daripada yang dulu. 
Selain itu, saat ini tontonan film anak muda sudah semakin banyak. Kalau dulu, kebanyakan film hanya dari India dan China, sehingga kami hanya terkungkung dengan pengetahuan film itu-itu saja. Kalau sekarang film-film hollywood sudah banyak yang masuk dan bisa membuka pikiran sineas muda. Film-film Eropa juga saat ini sudah mulai masuk, seperti adanya Festival Sinema Prancis dan Festival Film Inggris, itu juga yang akhirnya membuat cakrawala berpikir mereka lebih luas. Apalagi film-film Eropa itu unik, mereka membuat film bukan apa yang ingin ditonton tetapi apa yang ingin mereka buat.
Menurut Anda bagaimana persaingan antara industri film anak muda dengan industri film mainstream?
Sebenarnya tidak perlu ada persaingan, tetapi semuanya harus berjalan beriringan. Hanya permasalahannnya di Indonesia saat ini wadah untuk menampung industri film indie masih kurang. Sedangkan di negara lain, seperti Amerika sudah ada bioskop-bioskop sendiri untuk film indie. Jadi tidak perlu ada pemisahan atau pengkotak-kotakan untuk film indie dan industri film mainstream.
Lantas, apakah anak muda saat ini masih bisa dibilang memulai dari nol?
Kalau dari kebanyakan anak muda saat ini, kekurangannya ada pada etos kerja, disiplin, dan komitmen. Karena saat ini semuanya sudah serba instan dan itu sebenarnya sangat riskan. Seharusnya semuanya dimulai dari nol. Banyak anak muda saat  ini  yang berpikir untuk bisa langsung menjadi sutradara. Padahal perjalanan menjadi sutradara itu panjang, sebelumnya harus menjadi script continuity, asisten sutradara, baru setelah itu jadi sutradara. 
Melihat itu, bagaimana menurut Anda agar dunia film anak  muda saat ini bisa bertahan?
Pada dasarnya semuanya kembali pada individu masing-masing. Hal terpenting adalah keyakinan akan apa yang mau dilakukan. Hal ini juga berlaku untuk dunia film. Kita harus mencintai dunia film itu sendiri. Maka, selama kecintaan tersebut masih ada tentu akan bertahan.
Selain itu, mentalitas dan konsistensi  juga menjadi hal yang sangat penting. Anak muda saat ini banyak melakukan kesalahan dengan menjadikan film indie sebagai batu loncatan sebelum masuk ke dunia industri mainstream. Seharusnya mereka bisa menjaga idealismenya, bukan hanya berpikir untuk kepentingan atau keuntungan secara materi.
Lantas, bagaimana mentalitas dan konsistensi sineas muda saat ini?
Kalau untuk saat ini, saya belum melihat ada anak muda yang bisa konsisten dan kuat bertahan dengan gayanya sendiri. Biasanya ketika ia sudah mulai masuk ke industri besar, idealisme tersebut akan hilang dan cenderung mengikuti gaya industri mainstream. Itulah yang biasanya membunuh film anak muda itu sendiri.
Oleh karena itu harapan saya untuk sineas muda, harus bisa konsisten dengan gayanya sendiri dan mencintai film tersebut agar bisa terus menghasilkan karya-karya yang baik. Selain itu harus tetap berkarya meski dalam keadaan apapun.

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Nilai dan Ijazah Tak Tentukan Kualitas
Next post Tebar Inspirasi Melalui Fashion