Diplomasi budaya tidak hanya dapat dilakukan melalui meja-meja perundingan, namun bisa melalui berbagai pendekatan. Salah satunya melalui pendekatan musik seperti yang dilakukan grup musik Superman Is Dead (SID) saat menjalani Warped Tour di Amerika Serikat (AS) 2009 silam.
Dalam aksinya panggungnya, SID bukan hanya berdiplomasi dengan mengenakan baju daerah Bali, mereka juga mengibarkan bendera merah putih di atas panggung. Terbukti, selepas pertunjukan, aksi panggung yang dilakukan grup band beraliran Punk ‘N’ Roll itu mengundang banyak pertanyaan warga AS tentang Indonesia dan Bali. Hal itu menunjukkan bahwa musik menjadi daya tarik bagi setiap individu.
Hal serupa juga dilakukan Jogja Hip Hop Foundation (JHF) pada 2012. Dengan mengenakan batik khas Yogyakarta, di konser keduanya itu JHF juga sempat mengguncang beberapa kota besar di Amerika, mulai dari NewYork, Washington DC, Arizona, hingga San Fransisco.
Demikian dipaparkan Beben Jazz dalam seminar Musik dan Sastra sebagai Instrumen Diplomasi Kontemporer yang diadakan Himpunan Mahasisa Hubungan Internasional (HIMAHI) di basement Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada Rabu 16Juli lalu.
Kata Beben, diplomasi melalui musik juga harus melibatkan peran pemerintah. “Maksimal atau tidaknya peran pemerintah dinilai dari keberadaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf), di mana musik menjadi salah satu elemen penting yang harus diperhatikan kementerian tersebut,” katanya.
Meski begitu, lanjut Beben, dalam bermusik para musisi pun tak seyogianya selalu bergantung pada pemerintah. Pasalnya, menurut Beben, pemerintah juga telah disibukkan dengan hal lain semacam pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan, atau pemerataan pembangunan. “Karena itu, wajar bila hal kecil macam musik tak banyak mendapat perhatian pemerintah,” ujar salah satu pendiri Komunitas Jazz Kemayoran itu.
Selain Beben, turut hadir dalam seminar tersebut musisi blues asal Amerika, Patrick J. Wilson. Menurutnya, meski blues lahir di AS, dalam perjalanannya musik ini dapat tersebar dan diterima oleh semua kalangan masyarakat di berbagai belahan dunia. Pada intinya, Patrick berharap, dengan diselenggarakannya acara ini bisa tercipta hubungan baik antara Indonesia dan Amerika.
Senada dengan Patrick, ketua HIMAHI UIN Jakarta sekaligus panitia seminar, Khairi Fuadi berharap, lewat seminar ini mahasiswa lebih dapat memahami makna diplomasi yang sebenarnya. Sementara itu, Khairi mengatakan, terselenggaranya seminar ini lantaran terinspirasi kutipan presiden ke-35 AS, John F. Kennedy, “Politik kotor, maka musiklah jawabannya.”
AN
Average Rating