Read Time:1 Minute, 40 Second
Menstrual dan premenstrual syndrome merupakan masalah kesehatan reproduksi yang umum dialami perempuan. Namun kebanyakan perempuan tidak menghiraukan masalah tersebut. Hal ini terbukti dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa Peminatan Epidemiologi angkatan 2011, Jurusan Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta. Hasil penelitian itu dipublikasi pada seminar profesi yang berlangsung di Auditorium FKIK pada Jumat (14/11).
Dalam penelitian tersebut, para peneliti melibatkan 239 responden yang terdiri dari mahasiswi semester 1 sampai 5 UIN Jakarta. Mereka meminta responden mengisi kuisioner terkait masalah kesehatan reproduksi apa yang dialami sebelum dan saat menstruasi. Masalah itu seperti gangguan emosi, disminor (nyeri haid), nyeri pada pinggang, sakit di sekitar payudara dan keputihan.
Berdasarkan hasil penelitian itu, 88.1% responden mengalami gangguan emosi dan 93.5% merasakan disminor. Bahkan 53.2% mahasiswi mengeluhkan disminor yang parah. Tetapi hanya 18.8% mahasiswi yang melakukan pengobatan ke pelayanan kesehatan. Mereka beralasan gejala yang dialami tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari.
Selain mempublikasi penelitian, seminar ini juga mengadakan diskusi dengan pembicara Psikolog Keluarga, Anna Surti Ariani dan Direktorat Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Popy Irawati. Anna menjelaskan, perkembangan manusia dibagi menjadi tiga aspek yaitu, biologis, kognitif, dan sosioemosional. Aspek yang sangat dipengaruhi sewaktu menstruasi yaitu sosioemosional. “Sehingga, ketika menstruasi, para perempuan cenderung emosinya meningkat dan gampang tersinggung,” ujarnya.
Sedangkan menurut Popi, munculnya gangguan pada masa pra menstruasi dan menstruasi tidak terlepas dari beberapa faktor, di antaranya siklus menstruasi tidak teratur dan kurang berolahraga. Ia juga menegaskan, stres merupakan penyebab yang mempengaruhi mekanisme hormonal pada siklus menstruasi.
Popy menambahkan, masalah keputihan dan pruritus vulvae (gatal-gatal di area genital) juga perlu diperhatikan. Ia menyarankan bagi perempuan yang mengalami keputihan berkepanjangan agar segera berkonsultasi pada pelayanan kesehatan. “Jangan sampai dibiarkan, takutnya gejala awal kanker rahim,” katanya.
Ketua pelaksana seminar, Kemal Alfajar berharap, penelitian yang mereka lakukan dapat dijadikan sebagai media informasi bagi para perempuan tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. “Bagi kami, permasalahan ini menjadi bahan kajian yang perlu diperhatikan karena mayoritas mahasiswa UIN Jakarta adalah perempuan,” katanya.
TS
Average Rating