Butuh Sinergi

Read Time:1 Minute, 51 Second
Ilustrasi. (Sumber: Internet)

Oleh: Thohirin*
Tak ada yang salah dengan sistem. Karena pada dasarnya, sistem dibuat untuk mengatur bagaimana idealnya  manusia hidup bersosial. Kecacatan sebuah sistem dinilai bukan atas dasar sistem itu dibuat, melainkan siapa yang mencederai sistem itu sendiri.
Pengangkatan dekan baru di sejumlah fakultas tentu telah mengejutkan sivitas akademika UIN Jakarta. Kebijakan itu pun lantas menuai pro kontra. Sebagian menilai rektor telah bertindak semena-mena lewat statuta baru itu. Sebagian lagi menilai, hak prerogatif memang sudah sewajarnya didapat oleh seorang pemenang.
Apapun respons publik tentu sah-sah saja. Karena itu adalah ejawantah dalam hidup berdemokrasi. Toh, pada akhirnya respons itu menjadi  evaluasi publik sendiri bagaimana mestinya mengambil sikap dalam kegamangan seperti ini.
Di balik itu semua, sikap skeptis seyogyanya perlu untuk terus dipelihara. Alasannya, setiap keputusan maupun kebijakan pasti akan bermuara pada dua orientasi: negatif dan positif. Satu di antaranya adalah hak prerogatif rektor Dede dalam mengangkat dekan ini bakal berorientasi politis.
Jika benar begitu, institusi pendidikan boleh jadi tak ada bedanya dengan institusi pemerintahan lain yang dikenal lazim dengan ‘kongkalikong’ dan kemitraan. Lebih lagi, kita baru kali pertama menerapkan statuta yang baru. Bukan tidak mungkin ini menjadi preseden buruk yang terus berkelindan dan jadi sesuatu yang mafhum.
Apalagi, UIN Jakarta kerap ditendensikan dengan nuansa ‘Islam’. Sudah jatuh ketiban tangga. Begitu kira-kira perumpamaan yang pas jika institusi yang menggondol kata ‘Islam’ model UIN Jakarta ini terjerat persoalan yang banyak menyita perhatian publik.
Namun di sisi lain, sinergi juga tetap harus dijalin oleh seluruh sivitas akademika UIN Jakarta. Barisan sakit juga tak seyogyanya terus larut dalam kekecewaan atas putusan rektor. Terlebih, UIN Jakarta kini tengah sibuk berbenah menuju World Class University (WCU). Sudah barang tentu, kampus ini membutuhkan seluruh elemen agar turut bekerjasama merealisasikan itu semua.
Penulis sendiri ingat betul, apa yang dikatakan mantan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Oman Fathurrahman dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu. Katanya, “UIN Jakarta ini dibangun atas dasar kekeluargaan. Bukan atas kepentingan sebagian golongan”.
Mudah-mudahan pernyataan Rektor UIN Jakarta, dalam sebuah     wawancara dengan INSTITUT, juga menjadi sebuah jawaban atas kisruh yang terjadi belakangan. Katanya,  “ini semua untuk kebaikan institusi kita. Sekolah kita. Universitas kita, kebanggan Bangsa Indonesia,” memang benar adanya.

*Penulis adalah Pemimpin Redaksi LPM INSTITUT

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Revolusi Struktural Kampus
Next post Gazal