Perempuan dalam Politik

Read Time:2 Minute, 5 Second


Judul Fim        : The Iron Lady
Rilis                 : 26 Desember 2011
Sutradara         : Phyllida Lloyd
Durasi              : 105 menit
Genre               : Drama, biografi

“Aku tak bisa seperti kebanyakan perempuan yang tetap diam dan tampil cantik di gandengan suaminya. Terasingkan dan sendirian di dapur, mencuci serta mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Kehidupanku sebagai seorang perempuan harus berarti.” Demikian kutipan dalam film The Iron Lady  yang menceritakan kisah nyata perjalanan hidup Margaret Thatcher (Meryl Streep) sebagai politikus Inggris.

Margaret merupakan perdana menteri perempuan pertama di Inggris yang terlahir dari keluarga pedagang. Pada 4 Mei 1979, ia terpilih menjadi Perdana Menteri Inggris dengan perolehan suara terbanyak.

Margaret menghadapi berbagai kendala selama menjabat sebagai perdana menteri. Seperti krisis ekonomi yang mengakibatkan jumlah pengangguran meningkat dan menimbulkan kerusuhan di Brixton pada 1981. Selain itu, Margaret memiliki pandangan berbeda dengan anggota parlemen lain dalam menyelesaikan krisis ekonomi tersebut.

Pada 1982, Margaret juga dihadapkan oleh perang yang memperebutkan Pulau Falkland milik Inggris dengan kelompok kiri Argentina. Margaret mengambil keputusan untuk berperang dengan kelompok kiri Argentina. Berbeda dengan Margaret, anggota parlemen lain lebih memilih berdamai sebagai solusi permasalahan itu. Tetapi, Margaret tetap mempertahankan keputusannya.

Margaret berhasil membuktikan bahwa keputusannya untuk perang berhasil  menyelesaikan perebutan Pulau Falkland. Kemenangan Inggris dalam Perang tersebut berhasil merebut kembali wilayah Falkland. Kesuksesan dalam perang itu menjadikan Rakyat Inggris menghormati Margaret yang awalnya membenci Margaret karena dinilai tak dapat menyelesaikan masalah krisis ekonomi.

Keberhasilan Perang Falkland menjadi awal masa keemasaan pemerintahan Margaret. Namun, konflik internal muncul. Penasehat pribadi Margaret, Gheoffrey mengundurkan diri karena perbedaan pandangan politik. Margaret tak bisa menerima pendapat dari anggota parlemen lain dan kekeuh pada pendapatnya sendiri.

Sehingga, Partai Buruh pendukung Margaret mengajukan calon baru untuk menggantikannya. Ketegangan situasi politik menjadikan Margaret mengambil keputusan untuk mundur dari jabatan sebagai Perdana Menteri Inggris.

Setelah melepas jabatan sebagai perdana menteri, Margaret mengalami penurunan kondisi fisik dan demensia atau gejala pikun. Selain itu, Margaret mengalami halusinasi dengan kembali mengingat peristiwa yang terjadi ketika ia masih menjadi Perdana Menteri Inggris.

Film yang disutradarai oleh Phyllida Lloyd ini menampilkan profesionalitas serta prestasi Margaret mematahkan pandangan bahwa perempuan mampu untuk memimpin negara. Ambis dan semangat Margaret dalam memperjuangkan impiannya patut  ditiru oleh perempuan lain. The Iron Lady mengajarkan perempuan untuk menjadikan hidup perempuan lebih berarti.

Lihat review-nya disini:
KA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Suara Hati Mahasiswa Kelas Internasional
Next post Advokasi Lingkungan Cegah Deforestasi