Strategi Politik Parpol Dongkrak Eksistensi

Read Time:2 Minute, 18 Second
(Sumber: Internet)
Pada Kongres IV Partai Demokrat di Surabaya, 11-13 Mei 2015, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali terpilih menjadi Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat. Terpilihnya SBY, dapat disebut perwujudan strategi politik untuk mempertahankan eksistensi partai. Tetapi kesediaan SBY untuk kembali menjadi ketum berbanding terbalik dengan pernyataannya yang ingin mundur dari dunia politik setelah melepas jabatan sebagai presiden.

Siapa yang tidak mengenal SBY? Presiden keenam Indonesia periode 2004-2014 yang terpilih dengan perolehan suara di atas 60 persen. Hal ini menjadi bukti pada pemilu 2004 lalu SBY bersama Jusuf Kalla telah berhasil meraih kepercayaan dan eksistensinya.

Kembalinya SBY menjadi Ketum Partai Demokrat menimbulkan berbagai tanggapan. Ada anggapan bahwa SBY merupakan kader terbaik Partai Demokrat sehingga berhak memimpin kembali partai tersebut. Mengingat, SBY merupakan satu-satunya kader Partai Demokrat yang pernah menjadi Presiden Indonesia.

Tak hanya itu, perjalanan karier SBY di dunia militer hingga politik Indonesia pun tak diragukan, banyak prestasi telah dicapainya. Salah satunya, di akhir masa kepemimpinannya menjadi presiden, SBY memberikan kado manis untuk Indonesia. Utang negara Indonesia kepada International Monitery Found (IMF) berhasil dilunasi.

Keberhasilan SBY itu memperkuat pengaruh dan eksistensinya. Semakin kuat pengaruh  dan eksistensi kader, semakin kuat pula eksistensi parpol. Eksistensi sangat diperlukan parpol. Demi mempertahankan eksistensinya, partai yang identik dengan warna biru ini kembali memilih SBY sebagai ketum yang dianggap memiliki kekuatan politik kuat.

Hingga penutupan pendaftaran calon, tidak ada kader yang mendaftarkan diri ke dalam bursa pemilihan Ketum Partai Demokrat. Menjadi calon tunggal dalam bursa pemilihan seolah telah memastikan SBY kembali terpilih.  Semua pemilik suara di Partai Demokrat mengusung nama SBY. Mereka seakan menyadari dan sepakat bahwa kekuatan politik SBY begitu besar.

Selain Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merupakan contoh parpol yang memiliki kondisi bahkan taktik dalam mempertahankan eksistensi dengan baik. Megawati Soekarno Putri memiliki daya tarik dengan menyadang nama belakang Soekarno, sehingga secara tak langsung karier ayahnya sebagai presiden pertama Indonesia seolah membayangi Megawati. Fakta itu menjadikan eksistensi Megawati tetap kuat dan terus berpengaruh di PDIP.

Strategi politik seperti ini, sebenarnya diterapkan juga oleh setiap parpol di Indonesia. Memperkuat eksistensi suatu parpol merupakan hal alamiah. Jika program kerja parpol bagus tetapi kader tidak mempunyai daya tarik serta pengaruh, maka program kerja parpol akan sia-sia.

Kembali ke kasus SBY, dalam beberapa kesempatan ia menyatakan akan mundur dari dunia politik. Salah satunya, saat memberikan kuliah umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada akhir Desember 2014. Ia menyatakan, akan mundur secara perlahan dari dunia politik Indonesia dan hanya akan memantau perkembangannya. Lantas, kenapa sekarang ia terpilih lagi sebagai ketum?

Fakta mengenai kondisi dunia politik Indonesia serta penyataan SBY yang berbanding terbalik dapat mengecewakan beberapa kalangan. Namun, strategi dalam mempertahankan eksistensi dalam dunia politik adalah hak bagi setiap parpol selama jika sudah masuk dalam pemerintahan, parpol mendahulukan kepentingan rakyat dibanding kepentingan organisasinya.

KA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Gondrong: Antara Subversi dan Paranoid Rezim
Next post Banding Terbalik Sisi Otoriter Soeharto