Read Time:2 Minute, 30 Second
Keterampilan dalam seni dan sastra harus senantiasa ditumbuhkan. Para penggiat pun terus berupaya melahirkan karya.
Kecintaan terhadap dunia seni dan sastra tampaknya mengilhami Shobir Poerwanto untuk mendirikan Komunitas Sarang Matahari. Ditambah lagi keinginannya mengembangkan potensi para pemuda agar memiliki pengetahuan dan wawasan di kedua bidang tersebut.
Awalnya, pria yang akrab dipanggil Shobir Poer ini membentuk komunitas Sarang Matahari sebagai wadah untuk berlatih teater. Saat ia masih menjadi mahasiswa, perkembangan teater belum begitu marak seperti sekarang ini. Oleh karena itu, ia mengumpulkan orang-orang dengan minat yang sama lalu membentuk komunitas Sarang Matahari.
Kegiatan yang dilakukan oleh Sarang Matahari, tak hanya fokus pada teater. Tapi mereka juga mengadakan latihan penulisan puisi, cerita pendek, dan musikalisasi puisi. Sekali dalam dua minggu, papar Shobir, Sarang Matahari rutin mengadakan pelatihan-pelatihan tersebut. “Kita juga suka ngadain diskusi dengan komunitas penggiat sastra lain seperti Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Tangerang Selatan,” ujarnya, Selasa (15/9).
Didirikan sejak 1987, komunitas yang kerap mengadakan kegiatan di Perumahan Puri Serpong I, Setu Tangerang Selatan ini menghasilkan karya-karya yang sudah diakui kualitasnya sehingga dimuat oleh koran lokal. Berbagai buku antologi puisi seperti Batas Diam Matahari (1996), Mengalir di Oase (2010) serta antologi cerpen berjudul Dalam Pelukan Sang Guru (2011) telah diterbitkan.
Selain dimuat dalam koran lokal, karya antologi puisi dan cerpen garapan Shobir Poer beserta anggota Sarang Matahari juga dijual. Anggota komunitas Sarang Matahari terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan pekerja. Tak sedikit pula yang berprofesi sebagai sastrawan, jurnalis, dan entertainer. Sampai saat ini, lebih dari 100 orang telah bergabung sebagai anggota dalam akun Facebook Sarang Matahari Penggiat Sastra.
Shobir Poer memaparkan, tak hanya latihan, Sarang Matahari aktif mengikuti perlombaan musikalisasi puisi dan teater tingkat daerah maupun nasional. Lalu, komunitas ini juga sering menggelar malam puisi hingga diundang sebagai pengisi acara. Komunitas yang pernah masuk nominasi teater terbaik tahun 1991-1992 dalam festival teater se-Jakarta Selatan ini pun meraih juara 2 musikalisasi puisi se-Jabodetabek dan juara 1 musikalisasi puisi se-DKI Jakarta.
Tak hanya itu, Sarang Matahari juga berusaha memadukan permainan alat musik modern dengan alat musik yang berasal dari perabotan rumah tangga dalam setiap penampilan musikalisasi puisi. Perabotan tersebut terdiri dari sendok, garpu, galon bekas, dan botol. Sedangkan untuk alat musik modern biasanya memakai gitar.
Kemampuan dalam seni dan sastra, kata Shobir Poer, tidak hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang berbakat. Shobir Poer percaya, siapapun yang berlatih dengan penuh kesungguhan maka akan meraih kesuksesan sebagaimana motto dari Sarang Matahari, “Kemampuan apa saja, tidaklah harus dimiliki oleh orang yang berbakat. Melalui latihan yang sungguh-sungguh kemampuan akan dapat dimiliki,” tuturnya.
Salah satu anggota Sarang Matahari, Kaifin Prastyo menjelaskan, setiap orang yang tergabung dalam Komunitas Sarang Matahari belajar dari nol. “Saya aja basic akademisnya bukan dari sastra. Tapi karena ada kemauan untuk mendalami sastra, lama-lama saya jadi bisa,” ujarnya, Senin (14/9).
Selama menjadi anggota komunitas Sarang Matahari, Kaifin sudah sering menampilkan musikalisasi puisi dalam berbagai acara. Misalnya dalam acara Sastra Reboan, Kampung Seni dan Budaya Tangsel, serta Puisi Senja di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jeannita Kirana
Average Rating