Timbal Balik Perbuatan Baik

Read Time:3 Minute, 52 Second
Dok: Pribadi
Nama                           : Egi Abdul Wahid
Tgl                               : Karawang, 13 Juni 1989
Riwayat Pendidikan   :SDN Jayakerta II
                                    SMPN 4 Rengasdengklok
                                    SMAN 5 Karawang
Program Studi (Prodi) Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Master PrimaryHealthecere Management ASEAN Institute of Health Development-Mahidol University, Thailand
Hubungan timbal balik setiap perbuatan akan berlaku kapanpun bagi siapapun. Seperti halnya perbuatan  baik yang dibalas dengan kebaikan  pula.
Jiwa volunter Egi Abdul Wahid dalam dunia kesehatan terbukti dari segudang pengalamannya. Demi mengikuti passion, pemuda kelahiran 1989 ini bergabung di organisasi yang bergerak dibidang layanan kesehatan masyarakat. Berkat mengikuti  organisasi ini pun ia memiliki seribu cerita.
Baginya, jauh dari kota membuatnya lebih tertantang untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Awal tahun 2013 ia dikirim di Kota Tolitoli, Sulawesi Tengah. Di daerah itu terdapat tradisi kejawen, bahwa ibu yang sedang melahirkan tidak boleh ditemani oleh siapapun kecuali suaminya. Sebab, suami dianggap harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada istri atas kelahiran anaknya.  
Namun, kebiasaan ini disayangkan Egi karena beresiko tinggi pada kesehatan sang ibu selepas melahirkan. Padahal, ibu yang melahirkan idealnya mendapat perawatan yang intensif. Sehingga ia berpikir untuk mengubah kebiasaan tersebut.
Akhirnya, setelah berunding bersama rekan satu tim kerja, kemudian mereka berinisiatif untuk memanfaatkan satu rumah guna dijadikan tempat bersalin. ”Selain rumah yang kita siapkan, peralatan medis yang lengkap juga tersedia,” ungkap mahasiswa lulusan Jurusan Perawat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012, Sabtu (19/9).
Selain penanganan kelahiran yang kurang  memadai, penyakit lain yang juga berbahaya yaitu sehari setelah melahirkan, ibu tetap harus mengerjakan urusan rumah tangga. Seperti mencari kayu bakar di hutan. “Ini menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian yang terjadi selepas ibu melahirkan, yaitu mengalami Infeksi dan pendarahan,” ungkapnya.
Upaya sosialisasi pun pernah dilakukan terkait dampak dari bahaya kesehatan tersebut kepada maskyarakat Tolitoli, namun awalnya tak membuahkan hasil. Egi merasa kesulitan sewaktu mengajak masyarakat sekitar karena tradisi budaya yang sangat kental.  Mulanya hanya satu atau dua orang yang berkunjung. Namun, setelah beberapa bulan, masyarakat ramai mendatangi tempat tersebut.
Setelah genap satu tahun mengabdikan diri membantu masyarakat Tolitoli, ia berniat untuk  melanjutkan studi S2. Pria yang memiliki hobi travelling mengikuti seleksi  beasiswa S2 dengan mengajukan essay berisi pengalaman di Tolitoli.  Rupanya, tulisan Egi tersebut berhasil membuatnya lolos seleksi di Universitas Mahidol, Thailand Jurusan Master Primary Healthcare Management ASEAN, lulus pada bulan Juni 2015 dengan IPK 3,97.
Pemuda asli Karawang ini memang sudah lama bergelut dibidang volunter. Beberapa kali ia ditugaskan menjadi koordinator penyaluran bencana alam di berbagai daerah, salah satunya bencana longsor Ciwidey, Jawa Barat tahun 2010. Ia menjadi koordinator di tingkat nasional yang membawa 10 orang relawan lainnya.
Berbagai pengalaman, jatuh bangun mengikuti kegiatan volunter membuatnya memiliki tiga prinsip hidup yaitu, peduli, inspirasi dan berbagi. Pertama, peduli untuk menolong sesama, karena hal itu ia bisa merasakan kepuasan diri yakni melalui kebahagiaan orang lain. Kedua, memberi inspirasi kepada orang banyak agar selalu termotivasi untuk menjadi lebih baik.
Selanjutnya, yang ketiga, berbagi ilmu dengan cara menceritakan pengalaman yang didapat. Sembari menyelipkan point penting ia pun bisa memberikan wawasan ilmu untuk dibagikan ke sesama. “Saat saya diberi kesempatan untuk mewakili  kampus, itu seperti amanat yang harus saya sampaikan kepada mahasiswa lainnya,” tuturnya. 
Pemuda ini sangat mengagumi sosok Anies Baswedan dan Dahlan Ishan. Egi beralasan petuah yang disampaikan dua orang itu sangat membantunya sewaktu ia menjabat sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) jurusan dan fakultas. Saat ini, ia aktif sebagai tim penyusun program di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Center For Indonesia Star Development Initiatives (CISDI). Lembaga yang bergerak dibidang kesehatan ini, menugaskan Egi di bidang penyeleksian dokter, bidan dan perawat yang akan dikirim ke pelosok Indonesia.
Ia meyakini menjadi mahasiswa bukan hanya menuntut ilmu saja. Namun, sangat perlu mengeksplor diri, yang pada akhirnya berbaur kepada masyarakat. “Ibarat permen, kita disuruh memilih permen yang  bungkusannya biasa atau menarik, pastilah kita lebih memilih yang menarik, ” tutupnya.
Triana Sugesti

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Koperasi Membangun Perekonomian Negeri
Next post The Rush of New Program