Testriono menjadi asisten peneliti sewaktu baru dinyatakan lulus S-1. Dengan pengalamannya tersebut, Testriono membagikan bagaimana menjadi seorang peneliti.
Testriono (41), seorang peneliti di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kelahiran Palembang. Ia menempuh pendidikan strata satu (S-1) di UIN Jakarta Program Studi (Prodi) Sejarah dan Peradaban Islam (SPI) pada 2002. Testriono sudah berkecimpung di dalam dunia penelitian sejak dirinya baru saja lulus dari UIN Jakarta.
Saat Testriono ujian skripsi, dosen penguji skripsi, Jajat Burhanudin selaku Direktur Eksekutif PPIM tahun 2008, tertarik dengan skripsinya. Selepas wisuda, lanjut Testriono, Jajat menawarkan kepada Testriono untuk bergabung dengan PPIM sebagai asisten peneliti.
Kini Testriono menjabat sebagai Direktur Pengelola Pengetahuan dan Pengembangan Kelembagaan. Setelah lima tahun bergabung dengan PPIM, Testriono melanjutkan studi strata dua (S-2) dan strata tiga (S-3) di Northern Illinois University (NIU), Dekalb, Illinois, Amerika Serikat.
Testriono merupakan mahasiswa berprestasi di UIN Jakarta pada 2008 dan mendapatkan penghargaan mahasiswa berprestasi di NIU pada 2016. Selain itu, dirinya mendapatkan beasiswa pada 2014—2016 yang diberikan oleh United States Agency for International Development (USAID). Testriono juga meraih beasiswa dari American-Indonesian Cultural and Educational Foundation (AICEF) pada 2016—2019.
Testriono memiliki minat penelitian di bidang demokratisasi—proses menjalankan demokrasi, desentralisasi—pelimpahan kekuasaan, geografi politik—politik di beberapa wilayah. Dirinya berpendapat, demokrasi Indonesia perlu dilihat dari konteks lokal. “Pada tingkat nasional, provinsi atau kabupaten/kota, bisa jadi dinamikanya sama, bisa jadi berbeda,” tuturnya, Jumat (17/9).
Testriono memberikan masukan bagaimana menjadi peneliti. Syarat menjadi peneliti, ujarnya, harus senantiasa berpikir kritis, cakap dalam menulis, dan memiliki pemahaman terhadap suatu teori. “Semisal kamu memiliki minat terhadap teori sosiologi, kamu bisa mendalami teori terkait sosiologi itu sendiri,” jelasnya.
Testriono melanjutkan, keberanian mencoba hal baru itu penting karena banyak orang pintar namun kurang konsisten dan kerja keras. Selain itu, menurutnya, faktor penghambat dalam dunia pendidikan adalah biaya dan lingkungan sekitar. Ia mengatakan, lingkungan sekitar akademik dapat mempengaruhi tujuan awal mahasiswa berkuliah.
Testriono memberikan pesan untuk mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S-1, S-2, maupun S-3. Menurutnya, mahasiswa harus memiliki motivasi, berusaha lebih keras, pantang menyerah, berani mencoba hal baru, dan lebih kreatif. “Kita harus sadar akan keahlian diri sendiri dan dapat mencari keahlian dari luar yang tidak didapat di kelas,” tuturnya.
Reporter: HUC
Editor: Wan Muhammad Arraffi