Beberapa anggota UIN Gue Banget mengadakan gathering di taman Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta, Selasa (20/10). UIN Gue Banget digagas oleh dua mahasiswa Jurusan TI FST UIN Jakarta.
Read Time:2 Minute, 56 Second
Kepedulian terhadap kampus mampu menggugah dua mahasiswaUIN Jakarta untuk membuat gerakan sosial bernama UIN Gue Banget; sebuah gerakan yang mengajak seluruh sivitas akademika UIN Jakarta untuk peduli terhadap kondisi kampus.
Keadaan kampus yang kurang memfasilitasi kegiatan mahasiswa tak membuat Almas Shabrina dan Dwi Nurcahyo pasrah. Dua mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu membentuk gerakan sosial yang mengajak seluruh sivitas akademika UIN Jakarta untuk berkontribusi membangun fasilitas kampus.
UIN Gue Banget terbentuk pada awal Oktober 2015. Inisiatif membentuk UIN Gue Banget bermula dari Almas dan Cahyo setelah mendengar keluhan dan kekecewaandari teman-teman mereka terhadap UIN Jakarta. Mulai dari sarana dan prasarana yang tidak memadai, hingga birokrasi yang menyulitkan mahasiswa.
Kini UIN Gue Banget tengah melakukan pengadaan 50 speak corner untuk semua fakultas di UIN Jakarta. Adanya speak cornermemberi ruang bagi mahasiswa untuk berdiskusi dan belajar di luar kelas.Nantinya, tempat tersebut berupa bangku dan meja yang dilengkapi stop kontak dan lampu.
Menurut Cahyo, minimnya fasilitas berupa ruang untuk berkumpul atau berdiskusi membuat mahasiswa enggan berlama-lama di kampus. Karenanya, di awal program UIN Gue Banget, ia dan Almas berupaya menyediakan ruang-ruang itu. “Bagaimana mau cinta dan peduli kampus kalau kuliah pulang-kuliah pulang,” ujar Cahyo, Kamis (12/11).
Cahyo berharap UIN Gue Banget mendapat perhatian sekaligus bisa menjembatani mahasiswa dengan pihak rektorat. Sebab, menurutnya, selama ini komunikasi antara pihak universitas dengan mahasiswa belum terjalin dengan baik. Padahal, lanjut Cahyo, mahasiswa dan rektorat sebenarnya punya persepsi yang sama untuk membangun UIN Jakarta.
Demi tercapainya target donasi sebesar Rp75 juta untuk 50 speak corner yang akan tersebar di seluruh fakultas,Almas dan Cahyo terus menyosialisasikan gerakan UIN Gue Banget kepada seluruh mahasiswa. Gerakan ini memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menyumbangkan dana secara sukarela.Sejak Oktober lalu, kiniterhitung kurang dari satu juta uang yang sudah terkumpul.
Almas merasa, tak sedikit mahasiswa yang kecewa menjadi bagian dari UIN Jakarta. Mahasiswa, menurutnya, hanya menikmati fasilitas yang sudah disediakan, tapi tidak berusaha membuat UIN Jakarta lebih baik lagi. “Rasa cinta mahasiswa ke UIN kurang karena rasa memiliki enggak ada,”ujar mahasiswa yang sudah menginjak semester tujuh ini, Kamis (12/11).
Tak hanya itu, UIN Gue Banget juga mengajak beberapa mahasiswa untuk menjadi perwakilan di fakultasnya masing-masing.Almas dan Cahyo juga sudah mengajukan kerjasama dengan Pusat Pengabdian kepada Masyarakat(PPM) UIN Jakarta untuk mengadakan diskusi umum terkait gerakan UIN Gue Banget.
Setelahspeak corner, UIN Gue Banget juga berencana melakukan program-program lainnya. Melalui program-program tersebut,Almas berharap UIN Gue Banget dapat menjadi wadah komunikasi agar seluruh sivitas akademika bisa menyelesaikan masalah UIN Jakarta secara bersama-sama.
Sementara itu, salah satu anggota Lingkar Studi Aksi dan Demokrasi (LS-ADI), Muhammad Nur Azami menuturkan, gerakan seperti UIN Gue Banget membuat mahasiswa tidak bergantung lagi dengan universitas untuk menggagas ide-ide kreatif.
Pasalnya, kata Azami, selama ini kampus tak melibatkan mahasiswa dalam konsep-konsep pembangunan. “Makanya UIN belum bisa memenuhi kebutuhan mahasiswa, misalnya tempat diskusi dan Ruang Terbuka Hijau (RTH),” ujar pria yang pernah mengikuti Gerakan UIN Jakarta Gersang ini, Kamis (12/11).
Oleh karenanya, Azami menambahkan, kreativitas mahasiswa harus didorong lewatruang-ruang non formal di luar jam perkuliahan. Dengan adanya speak corner, berarti ikut memfasilitasi mahasiswa dalam mencapai prestasi. Azami menilai, prestasi mahasiswa di kampus yang memiliki banyak ruang publik, cenderung lebih bagus ketimbang yang ruang publiknya minim seperti di UIN Jakarta.
Jeannita Kirana
Average Rating