Kopi dan Ayah

Read Time:24 Second

Oleh : Laras Sekar Seruni*
Ayah, pagi ini aku enggan bikin kopi
Aku bosan. Warnanya selalu langking.
Tidak pernah hijau seperti teh
atau ungu seperti talas.
Ayah, nanti engkau kembali merintih
Itu sebenarnya yang membuat aku lebih memilih
menuangkan air putih
dalam kaca tanpa urna
yang baru saja aku cuci.
Ayah, kopi itu pahit
Meski selalu larap
di setiap toko yang menjualnya
di setiap zamin yang memilikinya.
Ayah, jangan terbawa gengsi
Meski penikmat kopi tak terhitung jari
tapi mereka tidak peduli
kalau kau sakit lagi.
Pamulang, 17 September 2016

* Penulis merupakan mahasiswi jurusan Jurnalistik

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Mahasiswa Tidak Boleh Patah Hati
Next post Perpisahan