Koleksi Perpustakaan UIN Tak Lengkap

Read Time:3 Minute, 30 Second

Pengadaan koleksi perpustakaan tersangkut pemangkasan anggaran. Koleksi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kian terbatas.


Pusat Perpustakaan (PP) dan seluruh perpustakaan fakultas di UIN Jakarta tak lagi memiliki koleksi baru. Padahal, dalam rancangan anggaran 2016 pengadaan koleksi perpustakaan mencapai Rp1 miliar. Sedangkan pengadaan koleksi harus dilakukan secara rutin untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan pengetahuan bagi mahasiswa.

April lalu, Muhammad Ferizco Khusyufi mencari buku tentang tokoh Ibnu Hisyam dan buku hadis hermeneutika. Ia pun memeriksa katalog dalam jaringan (daring) melalui komputer yang tersedia di Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH).

Tak berselang lama, buku yang ia cari tersedia di daftar katalog, mahasiswa semester 6 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab ini pun bergegas untuk menemukannya. Namun begitu sampai di rak buku yang terdaftar, Ferizco tak melihatnya sama sekali, “Kok engga ada,” terangnya, Jumat (19/5).

Hal yang sama dirasakan Khoriyah. Kala itu, Mahasiswi Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam ini mengalami kesulitan dalam mencari beberapa referensi untuk mata kuliah Filsafat Islam Pasca Ibn Rusyd. Pasalnya, ia tak menemukan satu pun referensi di Perpustakaan Fakultas Ushuluddin (FU).

Tak kunjung menuai hasil, Ria sapaan akrabnya mencari referensi ke perpustakaan fakultas lain yakni FAH. Referensi filsafat tentang tokoh Jalaluddin ad-Dawwani ini tak kunjung ditemukan. Hingga PP menjadi pilihan terakhirnya.

Kemudian, Ria pun segera memeriksa katalog daring PP dan ternyata tak membuahkan hasil. Akhirnya, ia menemukan referensi ini di Perpustakaan Sekolah Tinggi Filsafat Islam Mulia Sadra daerah Cilandak, Jakarta Selatan. “Perpus UIN harusnya lengkap, kalau begini kan sulit,” ungkap mahasiswi semester 6, Jumat (12/5).

Selain kekurangan koleksi, tak semua perpustakaan di UIN Jakarta memberikan hak pinjam kepada mahasiswa. Salah satunya koleksi dari Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). “Memang tak ada peminjaman di sini,” tegas Pustakawan FISIP Winda Istati, Jumat (19/5).

Perihal larangan peminjaman koleksi merupakan arahan langsung dari Dekanat FISIP, Zulkifli. Selain itu, alasan lain demi meningkatkan kualitas pelayanan yaitu peralihan database katalog dari manual ke daring. “Masih dalam proses upgrade, jadi koleksi memang tidak bisa dipinjam,” tambahnya.

Winda tak menampik, alasan lain tidak ada peminjaman karena anggaran pengadaan koleksi  sudah tidak diberikan PP. Sehingga perpustakaan FISIP hanya memelihara koleksi yang ada yaitu berjumlah 1.276 buku, 4.323 eksemplar dan 2.500 judul buku digital. “Seharusnya ada anggaran untuk tahun ini, 2016 terakhir kali menerima anggaran,” pungkasnya.

Senada dengan Winda, Kepala Perpustakaan FAH, Muhammad Azwar menyayangkan anggaran yang tak kunjung diterima oleh perpustakaan FAH. Azwar turut menjelaskan, perpustakaan FAH sempat mengajukan proposal pengadaan koleksi ke PP tapi belum ada tindak lanjutnya. “Proposal sudah masuk, tapi belum ada respons dari PP,” ucapnya, Selasa (16/5).

Menanggapi hal tersebut, Kepala PP UIN Jakarta, Amrullah Hasbana berdalih jika proposal pengadaan koleksi yang dilayangkan ke PP tidak bisa diterima. Pasalnya, UIN Jakarta sudah memiliki anggaran sendiri tentang pengadaan koleksi. “Anggaran pengadaan koleksi 2016 sebesar Rp1 miliar,” ujarnya, Rabu (17/5).

Lebih lanjut, Amrullah menjelaskan, sebelumnya pada 2013 besaran anggaran pengadaan koleksi sebesar Rp1 miliar untuk seluruh fakultas. Kemudian pada 2014, anggaran bertambah menjadi Rp2 miliar. Lalu pada 2016, UIN menganggarkan Rp3 miliar akan tetapi pencairan hanya sampai Rp1 miliar, imbas dari pemangkasan anggaran.

Amrullah menambahkan, PP hanya sekadar koordinator dari seluruh perpustakaan fakultas di UIN Jakarta. Anggaran pengadaan koleksi dari PP menjadi kebijakan baru yang akan diterapkan di tahun 2017. Pengadaan koleksi secara masif akan dilakukan guna melengkapi dan memperbanyak koleksi perpustakaan.

Ideal Perpustakaan

Kepala Pengembangan Perpustakaan Sekolah dan Perguruan Tinggi Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Nurcahyono mengatakan seharusnya pengadaan koleksi rutin dilakukan. Guna mengikuti kebutuhan dan perkembangan publik yang terus dinamis, “Perpustakaan dituntut untuk mencukupi kebutuhan pemustaka,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Gedung Perpusnas lantai 6, Kamis (18/5).

Tak hanya itu, Cahyono menegaskan akses informasi melalui database katalog daring harus sesuai dengan buku yang tersusun di rak. Hal ini penting dilakukan terkait dengan integrasi data dan pelayanan perpustakaan. ”Nantinya menentukan hasil evaluasi dan akreditasi perpustakaan,” jelasnya.

Dalam Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi, koleksi merupakan salah satu unsur perpustakaan yang utama. Selain itu, Undang-undang (UU) Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan, koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak dan karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan. UU ini pun menerangkan bahwa penambahan koleksi perpustakaan per tahun minimal 2% dari total koleksi yang sudah ada.

Alfarisi Maulana

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Denda Buku Perpustakaan Melenceng?
Next post SDM Minim, Operasional Perpustakaan Terhambat