Menyusuri Sirkus Pohon yang Damai

Menyusuri Sirkus Pohon yang Damai

Read Time:2 Minute, 57 Second
Menyusuri Sirkus Pohon yang Damai

Judul : Sirkus Pohon

Penulis : Andrea Hirata

Penerbit : PT. Bentang Pustaka

Tahun Terbit : 2017

Tempat Terbit : Yogyakarta

Tebal Buku : 424 halaman

Semua pekerjaan sama saja yang penting halal dan bersyukur, meski rezeki tak disadari datang menghampiri. Sejatinya, pekerjaan yang dibangun atas semangat cinta dan keikhlasan, di sana kita menemukan kebijaksanaan yang berarti.

Baiklah, Kawan. Kuceritakan padamu soal pertempuranku melawan pohon delima di pekarangan rumahku dan bagaimana akhirnya pohon itu membuatku kena selalu wajib lapor setiap Hari Senin, di Polsek Belantik.

Benci nian aku pada delima itu, lihatlah pohon kampungan itu, ia macam kena kutuk. Pokoknya berbongkol-bongkol, dahan-dahannya murung, ranting-rantingnya canggung, kulit kayunya keriput, daun-daunnya kusut. Malam Jumat burung kekelong berkaok-kaok di puncaknya, memanggil-manggil malaikat maut. Tak berani aku dekat-dekat delima itu, karena aku sadar pohon didiami hantu.

Sobrinudin Pemuda kampung yang tidak mempunyai pekerjan tetap dan menjadi pengangguran karena lulusan ijazah SD. Ia masih terjebak di kondisi yang tidak jelas dan tinggal bersama ayahnya saat saudaranya sudah berkecukupan dan berkeluarga layaknya orang kantoran. Sobri akhirnya terpaksa bekerja serabutan di pasar, jauh dari keinginannya untuk bekerja tetap yang harus berangkat pagi, pulang sore, memakai seragam, dan digaji tiap bulan. Setelah sekian lama, akhirnya ia pun mendapat pekerjaan sebagai badut sirkus. Dinda, seorang gadis melayu yang ia cintai itulah terus menyemangatinya.

Tak hanya itu, Tara dan Tegaryang merupakan sepasang kekasihmenjalin hubungan cinta karena pertemuan yang tidak disangka-disangka. Bertahun-tahun lamanya mereka mencari satu sama lain. Tegar mencari gadis kecil (Tara) dengan tidak henti memelajari wangi-wangian. Ia berusaha keras demi mengenali bau khas jika bertemu dengan tidak sengaja. Ia menamai gadis itu dengan Si Layang-layang karena parasnya. Tara pun demikian, terus mencari anak lelaki yang membelanya di taman bermain Pengadilan Agama. Sampai-sampai melukiskan wajah yang sama setiap kali ia menggores kuas di atas kanvas. Ia menamai lelaki itu dengan Si Pembela. Mereka pun akhirnya menuju singgasana pelaminan.

Andreasang penulis novel tampaknyaingin menghadirkan kembali suasana masyarakat Belitong, tanah kebanggaannya yang khas itu. Sepertinya itu akan menjadi daya tarik tersendiri dari novel fiksi ini. Pecinta novel fiksi yang menyukai kebudayaan daerah Indonesia akan menikmati novel ini dengan baik.

Mengisahkan orang-orang Melayu di pedalaman Belitong yang lugu, tersedu-sedu oleh kisah cinta yang masygul, atau geleng-geleng kepala oleh intrik-intrik mereka yang luar biasa, novel ini membuat kita terbahak-bahak mengikutialur ceritanya itu. Kita akan menemukan manusia-manusia yang tidak sempurna, tetapi sekaligus menemukan kebijaksanaan dalam diri mereka.

Novel ini juga menggunakan sedikit bahasa Melayu Belitong, sehingga terdapat diksi yang jarang ditemukan. Tidak lupa juga, sebait pantun yang ditulis Andrea di beberapa bab juga menjadi poin yang patut diapresiasi karena sudah jarang ditemui sajak lama khas melayu. 

Penokohan juga dinamakan dengan nama-nama yang unik, yaitu menambahkan akhiran ‘din’. Itu adalah kebiasaan orang melayu dalam memanggil sama mereka, semacam bualan. Novel yang dibumbui romansa, jenaka, dan pelajaran hidup ini cocok disantap oleh semua kalangan

Hanya saja, organisasi novel ini juga tidak berhubungan antara satu bab dengan bab lainnya, karena novel ini menggunakan dua sudut pandang yang berbeda. Jika dibaca sekali habis, akan sedikit membingungkan. Maka, disarankan untuk mengulangnya sekali lagi agar paham dengan alur ceritanya. 

Andrea Hirata mengakui bahwasanya Sirkus Pohon merupakan novel yang paling lama digarap olehnya. Ia harus melakukan riset yang lama selama 4 tahun. Tingkat kesulitan dalam gaya berceritanya yang menggunakan sintetitik, tidak lagi komparasi dan analogi. Membandingkan dengan karakter manusia dengan tumbuhan dan hewan. Andrea menganggap bahwa novel karangannya kali ini adalah novel terbaik yang pernah ia garap. Ia juga berharap pembaca bisa membuat alurnya sendiri.

Fayza Rasya


About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

HAM Vs Hukum Islam Previous post HAM Vs Hukum Islam
Macan Ompong Penegak Hukum Next post Macan Ompong Penegak Hukum