Bank Sampah Teratai Aksi Kepedulian

Bank Sampah Teratai Aksi Kepedulian

Read Time:2 Minute, 52 Second

Bank Sampah Teratai Aksi Kepedulian

Sampah merupakan masalah besar lingkungan. Bermula dari kepedulian warga sekitar Pondok Puncung Indah I, Tangerang Selatan, Bank Sampah Teratai hadir sebagai bentuk nyata kepedulian warga sekitar.


Salah satu pengurus inti Bank Sampah (BS) Teratai, Fajar Susanti yang akrab disapa Santi, mengungkapkan rasa kekecewaan terhadap kebiasaan buruk masyarakat. Menurutnya, kepekaan warga untuk memilah sampah masih terbilang minim. Sehingga, BS Teratai hadir untuk menampung dan mengolahnya menjadi bernilai jual. “Saat ini kami bermitra dengan dua pengepul untuk mengelola dan menampung sampah,” ungkap Santi saat diwawancarai online pada Senin, (21/2).

Santi menjelaskan, pengepul sampah dibedakan menjadi dua bagian. Pertama, pengepul sampah akan membayar untuk barang-barang bernilai ekonomis yang telah dikumpulkan, seperti kardus, buku, kertas, botol air kemasan, aluminium dan lainnya. Kedua, barang berkemasan plastik yang tidak memiliki nilai jual akan disalurkan sebagai bentuk donasi atas bentuk kerja sama dengan Komunitas Kertabumi Recycling.

Sebelum BS Teratai memiliki penampungan tetap seperti sekarang, seluruh kegiatan pengumpulan sampah dilakukan di lapangan bulu tangkis dan pendopo. Santi menjelaskan, keadaan tersebut sangat menyulitkan dan cukup merepotkan terlebih jika datang hujan secara tiba-tiba. Tidak berselang lama, PT Pegadaian datang menawarkan pendirian kantor lengkap beserta segala fasilitas Hal tersebut menjadi awal BS Teratai bisa senyaman sekarang, “Meski menjadi tempat penampungan sampah, di tempat ini kebersihan menjadi hal yang diutamakan,” jelasnya (21/2).

BS Teratai memiliki sejumlah program kerja yang selalu rutin dilaksanakan—sejauh ini semua proker selalu bisa dilaksanakan berkat pihak-pihak yang ikut andil menyukseskan. Di antaranya, sosialisasi kegiatan peduli lingkungan ditandai dengan lahirnya Bank Sampah Teratai. Kemudian, edukasi memilah sampah untuk warga dan para siswa. Santi menjelaskan, proses ini memakan  waktu satu tahun lebih sebelum akhirnya warga dan para siswa dapat memilah sampah dengan baik—berdasarkan jenis dan dalam keadaan bersih.

Selain kegiatan memilah sampah, BS Teratai juga menawarkan kegiatan lain kepada warga seperti pelatihan hidroponik, pengumpulan kemasan plastik yang dapat dijadikan ecobrick, donasi sampah, ataupun dibuat kerajinan berbahan sampah. BS Teratai juga bekerja sama dengan PT Pegadaian mengenai tabungan hasil penimbangan sampah, “Kami menyediakan program Tabungan Emas yang nantinya tabungan nasabah akan disetor dan dikonversi dengan berat emas yang diperoleh,” tutur Santi (21/2).

Salah satu anggota BS Teratai, Farid Aulia Rahman, menuturkan, faktor keluarga yang selalu andil dalam kegiatan sosial serta pengalaman langsung melihat kondisi sekitar, mendorongnya untuk berperan aktif di BS sebagai upaya mengatasi isu lingkungan  secara nyata. Menurutnya, keberadaan BS Teratai sebagai tempat pemilahan sampah terpadu sangatlah penting, “Di sini semua sampah akan dikelola terlebih dahulu sebelum akhirnya diarahkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” jawabnya saat diwawancarai online oleh Institut pada Senin, (21/2).

Farid beranggapan bahwa masyarakat salah dalam menilai sampah menjadi sesuatu yang tidak bernilai jual. Padahal, jika sampah didaur ulang dengan baik dan tepat dapat bernilai ekonomi serta menjadi upaya dalam pencegahan sampah di Indonesia. Di sisi lain, Farid juga mengungkap kebahagiaannya bisa bertemu dengan para nasabah BS Teratai dan mitra yang sama-sama memiliki jiwa sosial tinggi, “Ini luar biasa, BS Teratai mempersatukan kita untuk menjaga lingkungan,” tuturnya (22/2).

Sama halnya Farid, anggota BS Teratai lainnya, Bayu Hanggara, mengungkapkan rasa syukurnya bisa terjun dalam aksi pengelolaan sampah. Menurutnya, aktif dalam mengelola BS Teratai merupakan bentuk dedikasik guna menjaga kelestarian alam dan keberlangsungan hidup manusia. Bayu bercerita, meski kehadirannya di BS Teratai masih berumur sebesar jagung,  namun kehangatan selayaknya keluarga sudah sangat terasa. Ia tidak hanya diajari memilah sampah yang tepat, melainkan juga dibentuk menjadi manusia kreatif yang senantiasa memanfaat sampah menjadi barang berdaya pakai. 

Reporter: Silva Hafsari

Editor: Fayza Rasya

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Menuai Tanya Citra Media Sosial Pemerintahan Previous post Menuai Tanya Citra Media Sosial Pemerintahan
Satu Senyum untuk Penderita Celah Bibir dan Langit-langit Next post Satu Senyum untuk Penderita Celah Bibir dan Langit-langit