Ramadan menjadi peluang besar bagi para mahasiswa untuk menambah uang saku. Sehingga mereka memanfaatkan momen dan waktu luang untuk membuka usaha dengan berjualan takjil di area yang strategis.
Datangnya bulan Ramadan menjadi peluang besar bagi para mahasiswa untuk mengambil penghasilan dari berjualan takjil. Mereka biasa berjualan di daerah ramai lalu-lalang pejalan kaki. mereka menjajakan berbagai macam takjil, di antaranya gorengan, kolak, bubur sumsum, dan es buah.
Salah satu mahasiswa program studi (prodi) Jurnalistik, Fajri mengaku telah berjualan sejak awal Ramadan. Ia membantu menjualkan dagangan tetangga kosnya. “Saya berjualan disini inisiatif saya sendiri karena beliau sudah tua dan sakit-sakitan,” jelas Fajri, Selasa (28/3).
Fajri juga mengatakan, jika ada kelas sore dan tugas kuliah, maka dirinya meliburkan dagangannya dan dijual keesokan harinya. “Kalau ada kelas, seminar atau liputan gitu, jualannya libur dulu,” kata Fajri, Selasa (28/3).
Lanjut, Fajri menambahkan, keuntungan bersih per hari bisa mencapai 50 ribu hingga seratus ribu rupiah. “Kalau uang hasil jualannya lebih, bude suka kasih upah. Kalau pas-pasan, gak dikasih juga gak apa-apa,” ujar Fajri, Selasa (28/3).
Anisa Anfa’atul, mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA), mengatakan dirinya lebih memilih membeli takjil di depan kampus 2 UIN Jakarta. Menurutnya, hal itu dikarenakan sangat ramah di kantong mahasiswa dengan berbagai macam pilihan makanan. “Di sini terdapat gorengan dengan harga seribu rupiah hingga Nasi Padang yang harganya hanya Sepuluh ribu,” tambahnya, Rabu (29/3).
Tak hanya Fajri, Naba Nabastala, Mahasiswa prodi Akuntansi juga berjualan di sekitar rumahnya. Ia menjelaskan, dirinya berjualan takjil sekitar pukul 3 hingga jam 7 malam. Naba juga menjelaskan awalnya berjualan takjil karena iseng-iseng agar ada yang dikerjakan, “Karena gak ada kerjaan, jadi iseng aja jualan takjil,” ujar Naba, Sabtu (1/4).
Lanjut, Naba juga mengatakan, keuntungan yang didapat dari berjualan bisa untuk menambah stok barang dagangan baru. Ia juga mengungkapkan, saat sedang berjualan, dagangannya pernah diborong habis oleh pembeli.
Naba menambahkan, ia berjualan takjil bersama teman-temannya, “Kita produksinya ramai-ramai, masing-masing orang bikin produk. Kebetulan aku sendiri bikin pisang coklat,” ungkap Naba, Sabtu (1/4).
Husniatul Ramadhani, mahasiswa dari prodi PBA mengaku sangat mengapresiasi mahasiswa yang bisa meluangkan waktunya untuk berjualan takjil di bulan Ramadan. “Seperti melatih jiwa bisnis dan kreativitas, yang akan bermanfaat untuk kedepannya,” tambah Husniatul, Jumat (31/3).
Reporter : DR, FH
Editor: Febri Adha Larasati