Aksi sahut-sahutan yel-yel kembali terjadi pada PBAK 2023. Aksi tersebut sempat menyebabkan kericuhan antarmahasiswa di beberapa titik kampus. Menanggapi hal tersebut, pihak kampus akan meninjau kembali aturan terkait yel-yel yang dibolehkan dan dilarang.
Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta diwarnai dengan berbagai nyanyian dan yel-yel. PBAK yang diselenggarakan mulai tingkat universitas hingga Program Studi (Prodi) berlangsung selama empat hari. Beragam nyanyian dan yel-yel sudah menggema di dalam kampus UIN Jakarta sejak hari pertama, Senin (28/8).
Menurut pengamatan Institut, tak sedikit isi dari yel-yel mengandung sindiran terhadap Organisasi Ekstra (Oreks) tertentu di UIN Jakarta. Aksi saling balas yel-yel kerap terjadi. Padahal, larangan terkait hal tersebut telah diatur oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) dalam Surat Keputusan Dirjen Pendis Nomor 4962 Tahun 2016 bahwa peserta dilarang mengumandangkan yel-yel berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dalam Surat Keputusan (SK) Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 176 Tahun 2022 dalam BAB VI tentang Atribut pasal 22 ayat 3 tertulis bahwa bendera, lambang, atribut, dan simbol/identitas yang mencirikan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) selain yang dijelaskan pada ayat (2) dalam bentuk gambar, kata, dan nyanyian dilarang dibawa, dipamerkan, dikibarkan, dipajang, dan disebarkan di dalam kampus.
Ketua Tim Kemahasiswaan dan Alumni, Muhammad Furqon mengungkapkan latar belakang dilarangnya atribut, khususnya nyanyian, yang mencirikan organisasi selain ormawa. Tujuan dari adanya aturan tersebut, lanjut Furqon, agar tidak ada hal yang memecah belah kesatuan UIN Jakarta, termasuk fakultas maupun organisasi tertentu. “Jika ingin yel-yel ya berarti Hymne atau Mars UIN saja. Jangan sampai ada hal-hal yang bisa memecah belah kita dalam kesatuan universitas,” tuturnya, Jumat (1/9).
Berbeda dengan Furqon, Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Dema-U), Muhammad Abid Al Akbar mengizinkan adanya yel-yel selama PBAK dengan beberapa syarat. Syarat tersebut, yakni yel-yel tidak boleh menjatuhkan, menghina, dan menjelekkan organisasi atau fakultas lain. “Sejauh itu tidak dilanggar, sebenarnya kita tidak mempermasalahkan itu lah,” ungkap Abid, Kamis (31/8).
Pemicu Kericuhan
Berdasarkan Berita Acara Pengawasan PBAK UIN Jakarta Nomor 065/I/A/SEMA-UIN/013/001/VIII/2022, terdapat empat pelanggaran yang terjadi selama PBAK tingkat universitas tahun 2022. Dua dari empat pelanggaran tersebut merupakan kericuhan yang dipicu oleh seruan yel-yel dari panitia fakultas maupun universitas.
Dalam berita Institut bertajuk “Huru-Hara Penutupan PBAK”, tahun ini kembali terulang kericuhan yang disebabkan karena sahut-menyahut yel-yel. Kericuhan terjadi di depan Student Center (SC) ketika PBAK Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) selesai dilaksanakan, Kamis (31/8).
Berbeda dengan PBAK tingkat fakultas, Ketua Badan Pengawas PBAK, JJ Sayyid Fairuz Zaki Adlan mengatakan, dua hari PBAK tingkat universitas berjalan cukup kondusif. Intensitas yel-yel yang dikumandangkan berkurang dibanding tahun kemarin. Hal ini tak terlepas dari sistem PBAK yang membagi fakultas-fakultas dalam beberapa sesi.
Lanjut, JJ juga menerangkan langkah preventif dari panitia PBAK universitas terkait pembatasan yel-yel. Yel-yel hari pertama dan kedua langsung diredam oleh pihak kemahasiswaan, Pak Ariadi Rahman. “Beliau diinstruksikan Ketua PBAK Universitas untuk meredam yel-yel biar nggak ricuh dan macet ketika mobilisasi mahasiswa baru (maba),” terang JJ, Jumat (1/9).
Sejalan dengan JJ, Koordinator PBAK Dema-U, Fadhila Hafizh Al-Mahdi mengungkapkan, larangan terkait yel-yel sudah termaktub dalam Pedoman PBAK 2023. Ia menerangkan, aturan tersebut disampaikan langsung oleh Ketua PBAK universitas saat rapat koordinasi mengenai penyelenggaraan PBAK.
“Meski hal itu belum cukup efektif, namun, itu adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi intensitas kumandang yel-yel,” jelas Fadhila, Jumat (1/9).
Fadhila juga menyampaikan, hambatan yang dihadapi panitia berupa sosialisasi yang kurang tersampaikan serta kampus yang tidak menindak tegas tiap pelaku. “Tidak adanya kepemilikan otoritas dalam memberikan sanksi sehingga tiap pelaku terus mengumandangkan yel-yel tanpa beban yang seharusnya dipikul,” ucapnya.
Furqon menjelaskan mekanisme pelaporan bagi fakultas yang melanggar aturan terkait yel-yel. Laporan terlebih dahulu masuk ke ketua PBAK universitas, lalu diberikan pada Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan, barulah dilakukan penelusuran ke fakultas. “Kemudian, akan dilakukan penelusuran ke Wakil Dekan (Wadek) III fakultas dan Dema Fakultas (Dema-F),” ungkap Furqon.
Upaya Kooperatif dari Fakultas
Ketua Dema-F Kedokteran (FK), Daffa Raihan mengatakan, FK jarang menyanyikan yel-yel selama PBAK. Raihan menjelaskan, Pihak FK biasanya hanya menyanyikan Mars FK UIN Jakarta pada setiap acara. “Kami jarang, bahkan hampir tidak pernah menyanyikan yel-yel. Setiap acara FK, paling hanya menyanyikan Mars FK saja,” ujar Raihan, Jumat (1/9).
Ketua Panitia PBAK Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes)—Laras dan Ketua Panitia PBAK Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI)—Syahid menerangkan, tujuan yel-yel yang dilontarkannya berguna untuk memantik semangat maba dan menambah kemeriahan PBAK. Keduanya mengaku, tak pernah ada kericuhan yang disebabkan oleh yel-yel. “Tahun ini FDI punya intensitas yel-yel yang lebih meriah karena ada beberapa yel-yel baru,” ucap Syahid, Jumat (1/9).
Ketua Panitia PBAK Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Alif Naufal menuturkan, pihaknya menghindari yel-yel provokatif untuk mencegah kejadian tahun lalu. Selama pelaksanaan PBAK tingkat universitas selalu mengikuti arahan-arahan dari panitia PBAK universitas, baik Dema-U maupun rektorat. “Salah satunya kami tidak menyanyikan yel-yel dan memperlihatkan atribut fakultas di depan Auditorium Harun Nasution (Harnas),” jelasnya, Jumat (1/9).
Alif mengaku, tidak ada kericuhan yang melibatkan FISIP selama PBAK berlangsung. Ia juga beranggapan jika terjadi kericuhan, sang pelaku tidak akan bertanggungjawab atas perilakunya. “Adat lama yang memang tidak baik, kita usahakan untuk dihapuskan saja. Walaupun masih ada pihak-pihak yang memprovokasi,” jelasnya.
Ketua Panitia PBAK Fakultas Psikologi (FPsi), Rifdah Kamilah menyatakan, pihaknya telah sepakat untuk mengurangi intensitas yel-yel saat mengikuti PBAK tingkat universitas di Auditorium Harnas. Hal ini sejalan dengan arahan dari salah seorang dosen ketika menuju Harnas. “Kami berusaha menjaga situasi agar kondusif. Keamanan maba adalah yang utama,” tutur Rifdah, Kamis (31/8).
Ketua Panitia PBAK Fakultas Sains dan Teknologi (FST), berinisial R menerangkan, yel-yel yang dinyanyikan oleh pihaknya bersama maba hanya berisikan macam-macam prodi yang ada di FST. “Tujuan dari yel-yel kami untuk menunjukkan rasa kebersamaan dari delapan jurusan yang berada dalam satu gedung,” jelasnya, Jumat (1/9).
Namun saat hari terakhir PBAK, Kamis (31/8), terjadi kericuhan di depan Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Jakarta yang melibatkan mahasiswa FST. R mengaku, hal tersebut disebabkan oleh kesalahpahaman antarprodi. “Kalau untuk alasan jelasnya saya dan teman-teman panitia kurang tahu, tapi tidak ada hubungannya dengan yel-yel yang kami nyanyikan,” ungkapnya.
Ketua Dema-F Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Abdullah Hanif mengatakan, tujuan adanya yel-yel adalah menanamkan solidaritas dan kebanggaan terhadap jati diri fakultas. Terkait intensitas penggunaan yel-yel, ia mengaku ada peningkatan dari FITK tahun ini. “Tahun ini meningkat karena ada mobilisasi maba dari fakultas ke Auditorium Harnas. Sedangkan tahun kemarin, dua hari PBAK universitas dilakukan secara bauran,” jelasnya, Jumat (1/9).
Hanif juga berpandangan, perlu adanya filter bagi setiap yel-yel yang hendak dikenalkan pada maba ketika PBAK. Penyaringan yel-yel tersebut, menurutnya, dapat dilakukan oleh Warek maupun Wadek Bidang Kemahasiswaan. “Seharusnya sudah mulai dilakukan, jangan setelah PBAK baru survei, apakah yel-yel ini baik atau tidak,” ungkap Hanif.
Ketua Panitia PBAK Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Ammar Faruq menjelaskan, panitia fakultasnya tetap menggunakan yel-yel agar PBAK tidak membosankan bagi maba. Ia menyangkal dugaan bahwa yel-yel yang dikumandangkan mengarah pada organisasi tertentu. “Apa yang disampaikan dalam yel-yel sesuai fakta bahwa Gedung FAH memiliki kombinasi warna cat biru dan kuning,” ujar Ammar, Jumat (1/9).
Ketua Panitia PBAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Muhammad Ihsanul Kamal tidak membenarkan dugaan bahwa yel-yel fakultasnya mengarah pada organisasi tertentu. Ia mengaku, yang panitia ajarkan pada maba hanyalah yel-yel khas ekonomi. “Mungkin kalau orang mengira seperti itu, hanya cocoklogi saja,” ungkapnya.
Ketua Panitia PBAK Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fdikom), Farhan Adilah Fahrezi mengungkapkan yel-yel yang dinyanyikan tidak mengarah pada organisasi tertentu. Farhan mengatakan, yang diajarkan kepada maba hanya yel-yel yang menggambarkan ciri khas dari Fdikom. “Dari tahun sebelumnya, Fdikom punya tagar full of piece, damai, tidak ada kata provokatif dan rasis,” jabar Farhan, Jumat (1/9).
Ketua Panitia PBAK FSH, Daffa Prasandi memandang positif keberadaan yel-yel dalam PBAK. Menurutnya, bukan hal baru keberadaan yel-yel untuk memeriahkan dan menyambut hangat kehadiran para maba. Daffa juga menyangkal yel-yel yang diserukan fakultasnya mengarah pada oreks tertentu. “Kami tidak memperkenankan untuk menggaungkan lagu atau hymne oreks seperti yang dilakukan Dema-U saat PBAK universitas,” kata Daffa, Jumat (1/9).
Ketua Panitia PBAK Fakultas Ushuluddin (FU), Surya Faturrahman menyampaikan, Panitia PBAK FU sudah kooperatif untuk tidak mengumandangkan yel-yel yang biasa digunakan di tahun-tahun sebelumnya. Ia khawatir ada dugaan unsur SARA dalam yel-yel tersebut. Namun menurut Surya, tindakan panitia PBAK universitas justru bertentangan. “Dari panitia universitas terang-terangan menyanyikan lagu oreks yang jelas-jelas dilarang,” kritik Surya, Kamis (31/8).
Kesalahan Dema-U
Jumat (1/9), Sema-U mengunggah sebuah video berisi laporan pelanggaran menyanyikan lagu dari oreks—hymne Himpunan Mahasiswa (HMI) dan tagar YAKUSA—di lingkungan UIN Jakarta. Dalam video disebutkan, pelanggaran dilakukan oleh Pengurus Dema-U dan Warek III Bidang Kemahasiswaan ketika menyanyikan lagu tersebut pada hari kedua PBAK, Selasa (29/8).
Sebelum Sema-U memberi laporan, Institut sudah menghubungi Abid pada Kamis (31/8). Ia mengatakan, menyanyikan lagu oreks tidak termasuk ke dalam skema yang telah disusun oleh panitia PBAK universitas. “Hal tersebut terjadi atas inisiatif menteri saat itu, kemudian disambut oleh teman-teman panitia PBAK,” jelas Abid, Kamis (31/8).
Abid turut mengklarifikasi bahwa dirinya ingin menghindari hal tersebut karena sudah keluar dari skema yang telah ditetapkan. Abid akan berkoordinasi kembali kepada pihak rektorat untuk mengklarifikasi peristiwa tersebut. “Atas nama Dema-U, kami mohon maaf atas keonaran yang terjadi. Intinya kami akan evaluasi lebih lanjut perihal kejadian itu,” ungkapnya.
Warek III Bidang Kemahasiswaan UIN Jakarta, Ali Munhanif hadir saat Menteri Bahlil dan Pengurus Dema-U menyanyikan lagu tersebut. Namun sampai berita ini terbit, Ali tak mau memberikan pernyataan. “Kalau saya membuat pernyataan hanya akan membikin gaduh suasana, jadi maaf tak bisa menjelaskan,” balasnya melalui WhatsApp, Kamis (31/8).
Dampak Psikologis
Pakar Psikologi Sosial UIN Jakarta, Gazi mengungkapkan, yel-yel yang dikumandangkan selama PBAK dapat memengaruhi sikap dan pilihan organisasi maba. Ketika seseorang terkesan dengan yel-yel suatu kelompok, maka ia memiliki kecenderungan memilih kelompok tersebut.
Mengenai kericuhan yang disebabkan oleh yel-yel, Gazi menyatakan hal itu termasuk dalam psikologi massa. “Ketika kita masuk ke dalam kerumunan, jiwa personal melebur ke dalam jiwa kelompok. Jadi kita akan kehilangan kesadaran diri dan berperilaku sesuai perilaku kelompok,” jelas Gazi, Kamis (31/8).
Gazi berpandangan, kejadian Menteri Bahlil yang menyanyikan lagu oreks bersama panitia PBAK universitas bukan merupakan kesengajaan. Itu adalah reaksi saat berkumpul bersama para aktivis mahasiswa yang satu organisasi dengannya. Gazi turut menuturkan bahwa dirinya telah memperhatikan sosok Bahlil. Menurutnya, Bahlil memang memiliki kepribadian yang suka menceritakan pengalaman pribadinya kepada orang lain.
“Namanya semangat bertemu junior, tanpa melihat kondisi yang terjadi di sekitar, konteksnya lepas. Menurut saya, ia tidak bermaksud memanaskan situasi, kalau dari pihak mahasiswanya saya kurang tahu,” ungkap Gazi.
Lanjut, Gazi menganjurkan adanya pencegahan yang diiringi dengan pengawasan ketat. Misalnya, membuat persyaratan bahwa yel-yel tidak boleh menyerang pihak lain. Selain itu, pihak kampus juga dapat membentuk tim khusus yang menangani perihal kericuhan. “Karena ketika psikologi massa sudah bermain, kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Semuanya akan menyalahkan pihak lain dan itu harus diatasi sejak awal,” ujar Gazi.
Tanggapan Pihak Kampus
Ketua PBAK UIN Jakarta, Eva Nugraha melempar wawancara kepada Wadek III FPsi dan Wadek III FISIP. Eva mengungkapkan bahwa dua orang tersebut banyak berkontribusi dalam PBAK tingkat universitas tahun 2023. “Saya tidak banyak melakukan apapun,” ungkap Eva, (31/8).
Menanggapi pernyataan tersebut, Furqon menjelaskan, dirinya baru menjabat di posisi tersebut pada 13 Agustus 2023. Kemudian ia langsung diberi tugas untuk melaksanakan PBAK oleh rektor. “Pasti kami melaksanakan evaluasi ke depan, intinya kami sudah melakukan antisipasi kericuhan dengan maksimal,” ujarnya, Jumat (1/9).
Lanjut Furqon, baru tahun ini ketua PBAK UIN Jakarta berasal dari dosen, biasanya diserahkan kepada Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama (AAKK). Salah satu bentuk usaha panitia dalam meminimalisir kericuhan adalah tak boleh ada atribut dan spanduk pada saat PBAK universitas. “Akan ada pembahasan lebih lanjut terkait yel-yel yang dibolehkan dan dilarang,” pungkasnya.
Reporter: Nabilah Saffanah, Shaumi Diah Chairani, Wan Muhammad Arraffi
Editor: Muhammad Naufal Waliyyuddin