Lawan Disinformasi dengan Berpikir Kritis

Lawan Disinformasi dengan Berpikir Kritis

Read Time:2 Minute, 23 Second
Lawan Disinformasi dengan Berpikir Kritis

Perkembangan teknologi membuat hoaks semakin mudah tersebar. Amcor bersama LPM Institut merespons isu tersebut melalui seminar dengan tujuan memberikan pemahaman terhadap publik dalam mengidentifikasi informasi fakta atau hoaks. 


American Corner (Amcor) dan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut mengadakan kegiatan Seminar bertajuk “Fighting Disinformation: Be Critical In Digital Era”. Kegiatan tersebut bertempat di Aula Student Center, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu (15/11). 

Kegiatan seminar tersebut menghadirkan dua pemateri. Pertama, Aditya Widya Putri sebagai Redaktur Deduktif.id dan Fayanna Ailisha Davianny sebagai Tokoh Anak Inspiratif 2023. 

Aditya Widya Putri menyampaikan materi mengenai strategi identifikasi fakta, hoaks, dan opini. Menurutnya, kita bisa melawan disinformasi dan hoaks  dengan beberapa langkah, salah satunya menggunakan tool situs cek fakta. “Cara ini bisa kita aplikasikan dengan memberitahu kerabat sekitar agar bisa membedakan informasi fakta atau hoaks,” jelasnya saat menyampaikan materi, Rabu (16/11).

Lanjut, Aditya menuturkan langkah-langkah dalam mengidentifikasi disinformasi dan hoaks bisa membantu seseorang dalam mengecek informasi tersebut fakta atau keliru. “Jika kita sudah mengetahui langkah-langkah tersebut bisa dipastikan kita tidak termakan hoaks,” tuturnya. 

Fayanna Ailisha Davianny mengungkapkan, salah satu cara berpikir kritis ialah melakukan komunikasi dengan orang yang mempunyai pendapat yang berbeda. Sebab, perbedaan pendapat bisa memberikan pengetahuan dari sudut pandang yang berbeda. “Saya menganggap mengobrol dengan orang yang berbeda pendapat itu langkah untuk melatih diri berpikir kritis,” ungkapnya dalam menyampaikan pembahasan pada seminar, Rabu (16/11). 

Bahkan, tutur Fayanna, mempunyai pemikiran yang kritis juga bisa dilakukan dengan terus melakukan proses pembelajaran. Salah satunya melalui media sosial, menurutnya melalui media sosial setiap orang bisa belajar dengan konten-konten yang edukatif.  “Media sosial jika digunakan dengan baik bisa menimbulkan pemikiran yang kritis dalam menanggapi sesuatu,” tuturnya. 

Lebih lanjut, Fayanna mengatakan, banyak membaca juga termasuk dalam proses melatih diri agar berpikir kritis. Melalui bacaan, seseorang bisa mendapatkan pengetahuan baru sehingga pemikiran-pemikiran kritis tersebut lahir dari banyak membaca buku. “Proses belajar itu bisa dilakukan di mana saja, kapan saja dan melalui apa saja,” ucapnya. 

Ketua Pelaksana kegiatan seminar, Atthar Alifiano Ibrahim menjelaskan tujuan kegiatan tersebut untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman disinformasi yang semakin merajalela di era digital. Menurut Atthar, kegiatan ini sebagai wadah mempelajari dan memahami strategi dalam melawan disinformasi. “Kami ingin mendorong kolaborasi antarpeserta untuk menciptakan pemahaman yang lebih luas dan solusi yang lebih efektif,” ungkapnya, Sabtu (18/11). 

Atthar menganggap perlunya kegiatan ini dengan kolaborasi bersama Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut. Sebab, Lembaga Pers mempunyai keahlian dalam menyajikan informasi yang akurat dan terpercaya sehingga bisa menjadi nilai tambahan dalam melakukan kegiatan tersebut. “Kolaborasi semacam ini memperluas jangkauan peserta dan memperkaya konteks diskusi,” ujarnya. 

Namun, Atthar menyayangkan situasi saat ini hoaks bisa dengan mudah tersebar. Ia khawatir disinformasi dapat memicu ketidakpercayaan publik, menimbulkan konflik, bahkan mengancam demokrasi. “Saya sangat prihatin dengan mudahnya hoaks yang tersebar begitu cepat,” pungkasnya. 

Reporter: Shintia Rahayu Safitri

Editor: Muhammad Naufal Waliyyuddin

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Pembangunan Masjid Kampus PPG Mandek Previous post Pembangunan Masjid Kampus PPG Mandek
Toilet Tak Layak, Minim Kesadaran Mahasiswa Next post Toilet Tak Layak, Minim Kesadaran Mahasiswa