Pada Kamis (7/12) Warek Bidang Kemahasiswaan mengadakan pertemuan dengan MPM, KPM, dan BPPM. Bersamaan dengan hal tersebut, beberapa mahasiswa mengadakan aksi hingga menimbulkan kericuhan.
Serikat Mahasiswa Bertindak kembali menggelar aksi di depan rektorat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (7/12). Peserta aksi menuntut Wakil Rektor (Warek) Bidang Kemahasiswaan membacakan Surat Keputusan (SK) Rektor tentang Penghentian Sementara Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa).
Terdapat pertemuan antara Warek Bidang Kemahasiswaan, Musyawarah Perwakilan Mahasiswa (MPM), Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM), dan Badan Pengawas Pemilihan Mahasiswa (BPPM) di Gedung Kemahasiswaan pada Kamis (7/12). Pertemuan terjadi pada siang hingga malam hari, hal tersebut membuat peserta aksi berpindah tempat ke depan Gedung Kemahasiswaan.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKom), Eson—bukan nama sebenarnya—mengungkapkan, aksi bertujuan mengonfirmasi penghentian sementara Pemilwa kepada Warek Bidang Kemahasiswaan. Ia mengetahui adanya pertemuan antara KPM, BPPM, dan Warek Bidang Kemahasiswaan. Namun, ia menyayangkan pihak terkait terkesan menghindar dan tidak memberikan keterangan.
Eson menerangkan, masalah utama ada pada sosialisasi. Jangka waktu yang tertera hanya terpakai untuk mempublikasikan Peraturan KPM, akan tetapi tidak ada penjelasan langsung mengenai aturan tersebut. “Tidak semua mahasiswa memahami instrumen hukum itu, harusnya kan dijabarkan oleh KPM dan BPPM,” ungkapnya, Kamis (7/12).
Berdasarkan pengamatan Institut, aksi mulanya berjalan dengan lancar. Akan tetapi saat Koordinator BPPM keluar dari Gedung Kemahasiswaan kericuhan mulai berkecamuk. Selain itu, terdapat kerumunan mahasiswa di Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) yang menginterogasi dan mendesak salah satu mahasiswa untuk menghubungi Panitia Pemilwa.
Mahasiswa yang diinterogasi mengaku dirinya merupakan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), namun ia bukan panitia Pemilwa dan tidak mengetahui apa-apa. “Gua mahasiswa, gua memang kader PMII, kalau mau bicara soal komunikasi, ya jangan ke gua, karena gua bukan siapa-siapa,” bantahnya, Kamis (7/12).
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) berinisial T mengaku diserang oleh sekumpulan mahasiswa saat pulang kuliah. Ia bersama teman-teman fakultasnya berusaha menghindar sebab ada yang melemparkan kaca dan menyalakan petasan. “Tadi ada juga teman yang kena serpihan kaca di dekat matanya,” ujarnya, Kamis (7/12).
Terkait kerusuhan yang terjadi, Eson mengatakan, ada orang-orang tidak dikenal yang membuat situasi menjadi ricuh. Ia berharap tidak ada lagi kekerasan di kampus karena masalah komunikasi yang tidak selesai. “Kami akan terus turun aksi selama tidak ada kepastian perihal pemberkasan calon,” tuturnya.
Komandan Keamanan, Yubi Hamka mengatakan, setiap rangkaian agenda Pemilwa mengalami kerusuhan. Padahal, kejadian tersebut sangat merugikan pihak keamanan. Ia khawatir akan timbul korban baik di dalam maupun luar kampus. “Mau di dalam atau di luar, tetap saja kami (keamanan) yang urus,” ucap Yubi, Kamis (7/12).
Lalu, Yubi menambahkan, ia tidak mempermasalahkan aksi yang mahasiswa lakukan. Akan tetapi, penggunaan petasan dan suar sudah mengganggu kenyamanan bersama. ”Aksi pakai petasan tuh sudah gak bagus,” tambahnya.
Warek Bidang Kemahasiswaan Ali Munhanif mengungkapkan, penghentian Pemilwa bukan merupakan opsi yang baik. Akan tetapi, keputusan itu merupakan pertimbangan petugas keamanan agar tidak memakan korban.
Ali melanjutkan, tujuan dari penghentian Pemilwa adalah mencari solusi yang menguntungkan semua pihak. “Kita tunggu saja sampai Sabtu atau Senin, nanti kami akan adakan pertemuan lanjutan,” pungkasnya, Kamis (7/12).
Sementara itu, Institut telah berupaya mewawancarai Koordinator BPPM setelah pertemuan, tetapi beliau menolak.
Reporter: Shaumi Diah Chairani, Nabilah Saffanah, Della Syawliyah
Editor: Muhammad Naufal Waliyyuddin