Read Time:2 Minute, 9 Second
Guna mempermudah pemahaman pembaca, penyajian informasi dapat disampaikan secara visual. Salah satunya infografik yang berfungsi mendukung kekuatan berita, serta menarik perhatian pembaca. Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Design Multimedia KOMPAS, Septa Inigopatria dalam Acara Jurnalism Extended, di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (6/2).
Septa menuturkan, infografik memiliki dua nilai. Pertama, nilai fungsional, di mana infografik disajikan dengan keakuratan data, menjawab pertanyaan 5w+1h (what, who, when, where, why, dan how), dan mudah dipahami oleh semua orang. Sedangkan kedua ialah nilai estetis. Di mana infografik lebih menekankan pada keindahan serta kreativitas dalam membuatnya.
Dalam sesi bedah buku “Indonesia dalam Infografik” Septa menjelaskan, ada dua jenis infografik. Pertama infografik terkait berita, infografik ini terletak di dekat teks berita dan berfungsi memperkaya informasi. Biasanya, pembuatan infografik ini tidak memerlukan waktu yang lama karena data yang diambil sama dengan berita terkait.
Sedangkan, sambung Septa, infografik lepas merupakan infografik yang berdiri sendiri tanpa terkait berita serta memiliki informasi yang utuh. Berbeda dengan jenis infografik terkait berita, dalam membuat infografik lepas membutuhkan waktu yang lama karena data harus dicari dari awal.
Menyajikan Foto yang Bercerita
Sementara itu, dalam diskusi buku ‘Unpublished’ fotografer Harian KOMPAS, Yuniadhi Agung menjelaskan, tidak semua foto yang dihasilkan dapat dipublikasikan untuk berita. Dalam buku Unpublish misalnya, kumpulan foto fotografer KOMPAS yang tidak dipublikasikan bukan berarti kualitas kurang bagus, namun karena keterbatasan halaman.
Menurut Agung, foto peristiwa akan membuat sebuah berita terlihat lebih menarik. Selain itu, foto akan menambah nilai tersendiri dalam sebuah berita yang disajikan. Dalam mengambil foto untuk sebuah berita, seorang jurnalis dapat memilih angle yang berbeda. Perbedaan anglejuga akan mempengaruhi makna yang terdapat pada foto.
“Di situlah terlihat kepekaan serta kreativitas seorang jurnalis dalam mengambil foto dalam sebuah peristiwa,” ujarnya, Jumat (6/2). Ia menambahkan, banyaknya pengalaman di lapangan memengaruhi seorang fotografer untuk mendapatkan foto yang bagus.
Sebelum terjun ke lapangan, fotografer harus menguasai isu terlebih dahulu. Sebab, fotografer bercerita melalui foto dan jurnalis seharusnya tidak perlu memikirkan lagi teknik dasar fotografi. “Kalau masih di ranah itu, berarti kita belum bisa bercerita, karena untuk memotret saja masih bingung,” terangnya.
Tak hanya itu, tambah Agung, foto yang bagus juga harus didukung oleh massa. Semakin banyak massa, artinya foto yang dihasilkan dapat menghasilkan pengaruh yang besar. “Misalnya, KOMPAS memuat foto yang sama seperti koran lain yang beroplah 20 ribu, pasti pengaruhnya akan berbeda dengan KOMPAS yang beroplah 500 ribu,” paparnya.
Menanggapi hal tersebut salah satu anggota Lembaga Pers Mahasiswa Surya University, Antonius Eko Purwanto mengatakan, infografik dan foto dalam berita sangat penting. “Mereka bisa mengetahui unsur berita hanya dengan melihat infografik,” kata Antonius, Jumat (6/2).
IP
Average Rating