Mahasiswa Pebisnis Kembangkan Otak Kanan

Read Time:2 Minute, 13 Second

Abdulhaque Albantanie saat menjadi pembicara pada seminar tujuh keajaiban rezeki, Rabu (12/12)
Idealnya, seseorang yang lulus dari perguruan tinggi mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Namun, faktanya ribuan penggangguran justru berasal dari yang bergelar sarjana. Itu terjadi karena mayoritas mahasiswa tidak menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanannya.
 Hal tersebut diungkapkan oleh Abdulhaque Albantanie, pembicara dalam seminar “Tujuh Keajaiban Rezeki” yang diselanggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Dakwah Kampus (LDK) bekerja sama dengan New Born Legend (NBL).
Abdul menjelaskan, golongan kanan, sebutan bagi mereka yang mengoptimakan otak kanan, lebih kreatif dibanding golongan kiri. “Oleh karena itu, kebanyakan mahasiswa yang bergolongan kanan, selain belajar juga berbisnis,” katanya, Rabu (12/12).
Otak kanan bersifat fleksibel, lanjut Abdul. Mahasiswa golongan kanan tidak akan diam pada satu hal. Artinya, mahasiswa golongan kanan tidak berpikir bahwa bisnis hanya untuk yang di jurusan bisnis. “Buktinya banyak pimpinan-pimpinan perusahaan besar bukan lulusan dari jurusan bisnis,” imbuhnya.
Ia menambahkan, golongan kanan juga memiliki sifat imaginatif. Orang-orang golongan kanan percaya, setiap orang memiliki potensi besar dalam dirinya. Mereka juga yakin setiap orang adalah pemenang.
Abdul mengatakan, otak kanan pun memiliki sifat other-centric. Maksudnya, orang golongan kanan lebih suka mendahulukan orang lain ketimbang dirinya sendiri. “Jadi, pebisnis golongan kanan akan berpikir, kalau saya kaya, maka orang lain juga harus kaya,” katanya.
Menurut Abdul, golongan kanan tidak pernah takut akan merugi jika berbagi dengan orang lain. Golongan kanan justru yakin berbagi merupakan salah satu pelumas dalam berbisnis. “Contohnya Bill Gates. Setiap bulan ia mendonasikan 50% omzet bisnisnya untuk disumbangkan. Buktinya, sampai sekarang ia tidak bangkrut,” tutur Abdul.
Selain itu, Abdul memberi rumus untuk berbisnis. Rumus itu ia namakan apes. Apes adalah akronim dariaction, pusing, evaluasi dan sukses. Ia memaparkan, orang golongan kanan tidak akan berpikir terlalu lama ketika akan memulai berbisnis. Tetapi, langsung beraksi walaupun semua orang mempunyai jatah kegagalan. “Teruslah beraksi hingga jatah kegagalan habis,” tambahnya.
Semua pebisnis, bahkan pengusaha besar, pasti akan merasa pusing memikirkan bisnisnya. Namun, pusing orang golongan kanan akan dibarengi dengan action. Sehingga, masalah yang mereka hadapi sedikit demi sedikit terselesaikan.
Orang golongan kanan juga rajin mengevaluasi diri dan bisnisnya. Dengan begitu, ia terus memperbaiki setiap kesalahan dalam diri dan bisnisnya, sehingga kesuksesan akan mudah diraih.
Seminar yang diadakan di ruang teater lantai dasar Fakultas Psikologi ini disambut baik oleh Faoziah, Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Jurusan Pendidikan Matematika. Ia mengatakan, seminar ini memberinya banyak ilmu untuk mulai berbisnis. “Jadi tahu pengusaha yang baik itu seperti apa,” imbuhnya, Rabu (12/12).
Senada dengan Faoziah, Mika Agusrianti yang juga mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika menuturkan, selain memberi banyak ilmu, seminar ini juga dikemas secara menarik. “Pembicaranya buat kita pengen langsung action,” katanya (Siti Ulfah Nurjanah)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Menelusuri Pemikiran B.J Habibie
Next post MUGI UIN Jakarta: Tak Sekadar Mahir Komputer