Para mahasiswa dari OMDA Arek Jombang sedang memamerkan miniatur semangka di Lapangan Agropromo IPB Baranangsiang pada Karnaval Festival Buah dan Bunga Nusantara (FBBN) 2013, Minggu (19/5). |
Read Time:4 Minute, 6 Second
Warna warni bunga nusantara tersemat di kerudung para mahasiswi Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Sulawesi. Sementara itu, tampak beberapa mahasiswa menggotong minatur labu dan jeruk di barisan belakang. Mereka menyusuri Lapangan Agropromo IPB Baranangsiang menuju Jalan Pajajaran, Minggu (19/5).
Para mahasiswa dari OMDA Sulawesi tersebut merupakan salah satu dari 5.000 peserta yang meramaikan Karnaval Festival Buah dan Bunga Nusantara (FBBN) 2013. Peserta lain terdiri dari siswa SMA/SMK, masyarakat umum, dan mahasiswa dari berbagai OMDA di penjuru Indonesia. Acara ini dilaksanakan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang bekerjasama dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Menteri Pertanian.
Ketua pelaksana FBBN, Bambang Sutrisno mengatakan, acara ini bertujuan memasyarakatkan revolusi oranye, yakni revolusi pengembangan produksi buah tropis di Indonesia. Melalui revolusi oranye, kelak tercipta pengusaha agribisnis yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani buah dan bunga nusantara.
Terkait produksi buah lokal, Bambang melanjutkan, sebenarnya Indonesia memiliki wilayah strategis pengembangan buah tropis yang tidak bisa dinikmati oleh negara subtropis. “Maka itu, kita bangkitkan rasa cinta masyarakat terhadap buah lokal. Dengan begitu, buah impor tidak membanjiri pasar domestik,” jelasnya, Minggu (19/5).
Salah satu peserta karnaval, Luthfi Nurhudi mengatakan, ia dan para mahasiswa dari OMDA Arek Jombang memamerkan semangka sebagai salah satu buah nusantara. “Saya dan teman-teman ikut kegiatan ini untuk meningkatkan kualitas pertanian Indonesia dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi buah lokal,” ucap mahasiswa semester 6 ini.
Ia menambahkan, Indonesia sebenarnya negara yang kaya akan buah dan bunga nusantara. Contohnya kota Jombang. Kota di Jawa Timur itu tidak hanya menghasilkan buah semangka saja, tetapi juga jeruk dan durian.
“Sayangnya, ketika panen raya, buah-buahan impor banjir di Indonesia sehingga harga panen jatuh. Tapi, dengan adanya revolusi oranye, saya yakin masyarakat bisa meningkatkan penghasilan dalam bidang holtikultura,” ungkap mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman IPB ini, Minggu (19/5).
Peserta karnaval lainnya, Heldimar Pratama Nasution bersama para mahasiswa OMDA Tapanuli Selatan memamerkan salak tapanuli di FBBN 2013. Saat ini, buah manis berdaging merah dan kenyal itu masih kalah pamor dengan salak pondoh dan salak bali.
Untuk mengenalkan salak tapanuli, para mahasiswa dari Tapanuli Selatan ini membagikan salak tapanuli secara gratis kepada masyarakat yang menonton karnaval dari pinggir jalan. “Supaya masyarakat merasakan sendiri nikmatnya salak tapanuli,” kata pria bertubuh jangkung ini.
Terkait produksi buah impor, mahasiswa Jurusan Departemen Manajemen IPB ini mengatakan, ia sangat menikmati buah-buahan hasil panen Indonesia, tetapi tidak membenci produk impor. “Menurut saya, ada buah yang memang perlu diimpor dari luar karena dibutuhkan masyarakat Indonesia. Sayangnya, buah itu memang tidak cocok tumbuh di Indonesia karena pengaruh iklim dan struktur tanah,” papar mahasiswa semester 6 ini, Minggu (19/5).
Gita Juniarti
Average Rating