Media Sosial Ancam Kesehatan Remaja

Read Time:2 Minute, 27 Second
UIN Jakarta, INSTITUT – Perilaku kesehatan remaja saat ini juga dipengaruhi oleh sosial media. Remaja dan sosial media sudah seperti dua hal yang tidak dapat dipisahkan.  Hal ini terbukti dalam penelitian yang dilakukan Peminatan Promosi Kesehatan angkatan 2010, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta. Hasil penelitian  dipublikasikan pada seminar profesi yang berlangsung di Auditorium Harun Nasution, Selasa (03/12).
Dalam penelitian yang mengambil sampel remaja di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP)  dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Ciputat Timur ini menunjukkan, ada 74,10% remaja yang mengakses internet melalui telepon genggam. Artinya remaja saat ini sudah sangat mudah mengakses internet. Ada juga yang mengakses melalui tablet, hotspot, dan warnet. Sedangkan yang mengaku tidak memiliki akses hanya 33,10%.
Penelitian ini juga menunjukkan, sebanyak 57% responden merasa aktifitas fisiknya berkurang karena media sosial . Serta sebanyak 68,1% remaja merokok karena paparan sosial media, seperti halnya iklan. Maka dalam penelitian ini disimpulkan, ada hubungan antara penggunaan sosial media dengan perilaku kesehatan remaja SMP dan SMA di Ciputat Timur.
Seminar ini bertajuk Be Smart and Healthy with Social Media Networking. Selain hasil penelitian, dikupas juga mengenai keadaan psikologi remaja yang disampaikan oleh Fadhilah Suralaga, dosen Fakultas Psikologi, UIN Jakarta. Ia menjelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa serta masa pencarian jati diri atau ego identity.
“Di sini peran sosial media menjadi sangat penting, karena merupakan media remaja dalam proses sosialnya. Mereka menggunakannya sebagai ajang silaturahmi dengan teman-teman sebayanya,” tutur Fadhilah, Selasa (03/12).  Ia juga menambahkan bahwa akses internet bisa menjadi wadah informasi dan sarana belajar. Namun, hal ini akan berpengaruh buruk jika remaja tidak bisa memilih mana yang baik dan buruk. Peran orang tua sebagai pengawas juga menjadi sangat penting.
Bambang Sulistomo yang juga menjadi pembicara mengungkapkan, banyak perilaku kesehatan yang tidak baik dari remaja akibat sosial media, terutama pada kesehatan mental. Menurutnya budaya sosial media yang dibawa dari kota sangat mudah diadaptasi oleh orang di desa.  “Padahal belum tentu budaya yang di gagas masyarakat kota itu bermanfaat,” tutur Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidan Politik Kebijakan Kesehatan ini, Selasa (03/12).
Bambang juga menambahkan untuk mencegah perilaku buruk remaja dalam kesehatan, Kementerian Kesehatan telah membuat berbagai program promosi kesehatan. Salah satunya adalah Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Di sini remaja diberikan fasilitas konseling dengan petugas kesehatan. Selain itu, ada juga konselor sebaya yang dapat mempermudah remaja berkonsultasi.
Syefriana Khairil mengungkapkan sosial media sebenarnya bisa menjadi ajang kreatifitas remaja. Remaja bisa memanfaatkannya untuk menulis dan membuat karya. “Status atau tweet yang dipublikasikan oleh remaja sebenarnya bisa dijadikan ajang kreatifitas, bukan yang isinya hanya curhatan-curhatan yang tidak begitu penting, ” ujar penulis sekaligus founder situs nulisseru.com ini, Selasa (03/12).
Randika Akhira, ketua pelaksana seminar  ini juga menambahkan, sosial media terlihat memiliki banyak pengaruh bagi remaja. “Pengaruh dari sosial media ini sekarang banyak ditimbulkan, jadi kami mengambil tema ini untuk seminar profesi,” katanya, Selasa (03/12). (Erika Hidayanti)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post TABLOID EDISI 29
Next post Urgensi Pendidikan Islam dalam Membangun Karakter Anak