Pesan Pejuang untuk Keberanian

Read Time:2 Minute, 17 Second
Alunan musik yang menggema di ruang teater anak Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Minggu siang itu (7/14), menjadi pembuka acara pertunjukkan festival anak. Tirai hitam yang menutupi panggung sedikit demi sedikit mulai terbuka. Segerombolan anak  yang menggunakan kostum semut, kalajengking, dan kostum batik sebagai aktor manusia memasuki panggung. Mereka bernyanyi dan menari menggerakkan pinggul sambil bertingkah sebagaimana perannya.

Tak lama, gerombolan anak berkostum semut itu kemudian berkumpul seperti ada hal yang aneh. Salah satu semut berkata akan ada musuh yang datang ke wilayah mereka. Meski begitu, mereka sangat yakin akan menang melawan musuhnya. Tapi ada satu semut yang berteriak berbeda, semut empat sebutannya. Ia meragukan keberanian semut lainnya bila musuh datang menyerang. Hal ini membuat semut  ketiga tak terima dan membantahnya dengan tetap akan berperang.

Beberapa menit kemudian, seekor kalajengking menyerang wilayah semut. Sekumpulan semut itu tiba-tiba berlarian dan bersembunyi ke belakang pohon. Tapi tidak bagi keempat semut yang sudah siap untuk berperang, mereka tegak berdiri dan melawan kalajengking tersebut. Mereka mengelilingi dan menarik kalajengking hingga bagian tubuhnya terpisah. Menyaksikan kemenangan itu, semut lainnya keluar dari persembunyian dan turut merasakan kemenangannya.

Keesokan harinya mereka kembali berperang. Kali ini mereka diserang oleh kedua bocah cilik yang menggunakan kostum batik. Mereka ingin mengambil telur semut itu untuk dijadikan makanan burung. Mengetahui hal tersebut, para semut serempak mengerubungi dan mengigiti sekujur tubuh kedua manusia itu.

Namun ternyata kedua bocah itu tidak menyerah untuk datang keesokan harinya. Kali ini mereka menyiapkan tumpukan kain yang ditaburi gula. Seketika, keempat semut tersebut terpancing dan terlena akan kemanisan gula pada kain, mereka tidak sadar tubuhnya telah terlilit kain sampai tiga semut itu mati.

Sementara semut empat berteriak kesakitan. Dengan sisa kekuatannya, semut empat  menggerakkan kepalanya  keluar sambil berpesan ke semut yang lain agar menjadi pemberani. Sesaat setelah itu semut empat pun mati. Semut lain meneteskan air mata melihat teman-temannya mati. Mereka menyesal karena selama ini tidak ikut membantu  memperjuangkan kemerdekaan kaum semut.

Semenjak kejadian itu, para semut berjanji bahwa mereka akan melawan musuh-musuh yang menjajah kehidupan mereka sampai titik darah penghabisan. Alunan musik kembali terdengar. Semua pemain kembali ke atas panggung untuk menari bersama. Tarian itu pun menjadi penutup teater tersebut.

Teater anak berjudul The Patriot ini mencobamenggambarkan semangat juang penduduk Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh sutradara teater tersebut, Yamin Azhari. “Teater ini juga ingin menyadarkan warga Indonesia, bahwa perjuangan di Indonesia telah punah. Bahkan sekarang kita dijajah oleh diri kita sendiri misalnya korupsi yang ada di mana-mana,” ungkapnya.

Menurut salah seorang penonton, Muhammad Habibburrahman, teater yang diperankan oleh anak-anak siang itu sangat menarik. “Ceritanya bagus meskipun banyak guyonan, di sana juga banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Teater ini cocok ditonton siapapun. Mau anak-anak ataupun orang dewasa, ucapnya ketika diwawancara.

NL

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pengajar Muda Jamah Pendidikan di Pelosok Indonesia
Next post Kanvas Memoar Timor Leste