Pemuda dan Tantangan Global

Read Time:1 Minute, 48 Second
“Jangan pernah menilai seseorang dari tampilannya!” Itulah yang diungkapkan oleh Setia Furqon Kholid penulis buku Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses pada acara Grand Closing Syahid Fair yang diadakan di Aula Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu (5/11). Acara bertemakan Refleksi Pemuda Visioner Menuju Masa Depan Bangsa yang Berkarakter ini merupakan salah satu dari rangkaian acara Syahid Fair yang dilaksanakan dari tanggal 17 Oktober-5 November.

Dalam kesempatannya, Setia Furqon Kholid, Penulis Buku Best Seller Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses ini mengatakan, untuk mencapai sebuah kesuksesan itu dapat dicapai dengan konsep SETIA, yaitu singkatan dari Spiritual Power, Emotional Power, True Financial Power, Intellectual Power, Action Power. Selain itu, ia menambahkan, apabila konsep tersebut dapat dicapai semua maka kesuksesan pun bisa tercapai.

Selain itu, ia juga menekankan kepada para mahasiswa supaya bisa hidup mandiri dan tanpa tergantung kepada orangtua. Menurutnya, sikap mandirilah yang perlu dibangun oleh jiwa-jiwa muda. “Jangan pernah tergantung pada orang lain. Tapi jadilah mandiri!” katanya, Sabtu (5/10).

Setelah itu, lelaki kelahiran Bandung ini juga berbicara mengenai pengalaman hidupnya selama menjadi pelajar. Kesulitan ekonomi orangtuanya yang bekerja sebagai guru SD disertai enam orang anak telah membuatnya berpikir untuk mendeapatkan uang. Sejak SD ia telah berjualan. “Dari dulu sambil kuliah saya sudah sering berjualan,” ungkapnya.

Acara semakin menarik dengan kehadiran Edi Sukur alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) dan juga pernah memiliki pengalaman bekerja di Jepang. Di awal kesempatannya, Edi menjelaskan sekilas tentang pentingnya bagi para pemuda untuk menemukan passion. Edi mengatakan, passion itu akan terasa ketika kita melakukan suatu pekerjaan disertai dengan kebahagiaan. “Passion itu dicari bukan ditunggu!” paparnya.

Selain berbicara tentang passion, Edi pun sempat membahas tantangan bagi para pemuda pada saat ini. Menurutnya, era digitalisasi menuntut para pemuda untuk bisa menguasai teknologi dan selalu berinovasi. “Kalau kita mau survive, kita harus mengubah hal baru,”katanya.

Menurut Ketua Pelaksana Seminar Nasional Kepemudaan dan Grand Closing Syahida Fair Jhonli Aji Kasio, acara ini bertujuan untuk membentuk karakter generasi muda visioner dan mempunyai spiritual unggul yang dapat berguna bagi bangsa dan negara. Kemudian Lukman Hakim salah satu peserta memberikan respon positif dengan diadakannya acara tersebut. “Acara ini sangat membantu saya untuk memiliki karakter yang unggul,” ujarnya.

FFA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post TABLOID EDISI 45
Next post Peduli Jakarta, Karena Jakarta adalah Kunci