Disfair 2018: Tunjang Semangat Difabel

Read Time:2 Minute, 22 Second


Kepedulian terhadap difabel (penyandang cacat) patut diperhatikan, karena dapat menghilangkan stigma negatif yang tertanam di lingkungan masyarakat terhadap para difabel. Hal tersebut dikhususkan bagi kalangan intelektual seperti mahasiswa. Menurut ketua pelaksana Disfair Aat M, itulah yang melatarbelakangi Himpunan Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial (HMJ Kessos) untuk mengadakan acara Disability Fair (Disfair).

Disfair merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh HMJ Kessos sejak tahun 2010 untuk melatih kepekaan mereka terhadap difabel dan sebagai bentuk latihan mahasiswa kessos terjun ke masyarakat. Acara yang mengusung tema membangun kesetaraan dengan semangat berkarya ini dilaksanakan pada Jumat, 04 Mei 2018 di Teater Lantai dua Prof. Dr. Aqib Suminto Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Panitia Disfair 2018 mengundang tiga puluh lima difabel dari Panti Sosial Binadaksa Cengkareng, Yayasan Cemara, yaitu yayasan yang menaungi orang-orang berkebutuhan khusus. Dalam acara tersebut mereka diberi motivasi oleh narasumber Eman Sulaeman, salah seorang difabel yang meraih penghargaan sebagai kiper terbaik dunia di Homeless World Cup. “Tujuan mengadakan acara ini agar para difabel menyadari bahwa mereka dapat berprestasi meski memiliki keterbatasan,” ungkap Aat, Jumat (4/5).

Selain memberi motivasi, kegiatan Disfair juga menampilkan berbagai hiburan bagi para difabel. Para difabel disuguhkan tarian daerah, seperti tari piring dan juga penampilan perkusi dari grup Social welfare Percussion yang memainkan musik menggunakan barang-barang bekas. Tak hanya terhibur, Devi selaku difabel yang kehilangan kakinya, mengaku termotivasi setelah menghadiri kegiatan yang diadakan mahasiswa kessos ini. “Senang bisa dapat pelajaran banyak dari kegiatan ini, dan bisa terhibur juga,”  tuturnya saat ditemui di teater Lantai dua Fidikom, Jumat (4/5).

Rangkaian acara Disfair tahun ini berbeda dengan tahun lalu, Disfair kali ini hanya berlangsung satu hari, sedangkan acara Disfair tahun sebelumnya berlangsung berhari-hari. Selain waktu pelaksanaan, yang berbeda dari Disfair 2018 kali ini khusus mengundang para difabel yang kehilangan salah satu anggota tubuhnya seperti kehilangan kaki atau tangan. Berbeda dengan Disfair sebelum-sebelumnya yang mengundang para difabel yang kehilangan penglihatan dan pendengaran.

Senada dengan Devi, Ujang yang juga merupakan difabel mengaku menjadi lebih bersemangat setelah mengikuti kegiatan Disfair ini. “Acaranya bagus, saya jadi lebih semangat untuk melanjutkan hidup,” ujarnya, Jumat (4/5). Ia menambahkandiumurnya yang sudah senja bisa lebih bermanfaat lagi untuk orang banyak.

Bentuk Kepedulian mahasiswa terhadap difabel tak hanya dilakukan oleh mahasiswa Kessos saja, mahasiswa  Fakultas Psikologi beserta para alumni Fakultas Psikologi yang bergabung dalam Komunitas Share Yours menggelar kegiatan sosial ke Panti Sosial Wisma Tuna Ganda, pada Minggu (29/4). Panti yang terletak di Cimanggis Depok tersebut telah merawat banyak penghuni difabel. Sebagai lembaga yang memiliki tugas sosial demikian, panti tersebut membutuhkan banyak dukungan publik.

Sebagai ketua pelaksana, Aat berharap agar acara Disfair bisa lebih baik untuk kedepannya dan bisa menebar kebaikan lebih luas lagi bagi para difabel. “saya berharap disfair-disfair tahun depan bisa lebih baik lagi, dapat mengundang difabel lebih banyak lagi, dan mengubah pandangan negatif orang-orang terhadap para difabel,” Tutupnya, Jumat (4/5).

SR

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Alternatif Cintai Quran
Next post Reformasi dalam Bingkai Seni