Tidak Semua Yahudi Itu Zionis

Tidak Semua Yahudi Itu Zionis

Read Time:3 Minute, 24 Second

Tidak Semua Yahudi Itu Zionis


Oleh : Firda Amalia Putri*

Perseteruan antara Palestina dan Israel terus saja memanas, maka tak heran banyak media mengulas terkait isu tersebut. Ketika mendengar konflik Palestina dan Israel  mencuat, banyak orang yang berfikir pada konflik agama, antara Islam dengan Yahudi. Namun perlu diketahui akar dari permasalahan ini tidak hanya tunggal disebabkan oleh agama melainkan masih banyak faktor lain yang acap kali terabaikan karena begitu masifnya narasi agama mendominasi dalam setiap permasalahan Palestina dan Israel.

Terkadang banyak orang yang luput terhadap narasi kemanusiaan dan keadilan. Dogmasisasi agama begitu kuat sehingga mereduksi narasi-narasi kemanusiaan yang sebenarnya tidak kalah penting. Begitu banyak warga sipil yang menjadi korban, anak-anak yang terbunuh, hinga hilangnya tempat tinggal mereka di Palestina, bukan hanya Muslim tetapi tidak sedikit umat Kristen juga yang menjadi korban. Palestina tidak hanya diisi oleh Islam, tetapi banyak kaum Nasrani yang juga hidup di sana.

Begitu pun dari kubu Israel meskipun hanya segelintir dan sangat sedikit jumlahnya tetapi tetap ada warga sipil dan anak-anak yang menjadi korban.  Disebabkan oleh saling serang yang dilakukan oleh Pasukan Pertahanan Israel atau Israel Defense Force (IDF) dengan Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah (Hamas). Harus dipahami bersama untuk tidak menyalahkan semua orang Yahudi bertanggung jawab atas kebrutalan yang diciptakan oleh Zionis.

Banyak masyarakat yang salah paham mengenai Yahudi, Judaisme, dan Zionis. Bahkan lebih dari 75 % masyarakat Indonesia memiliki pandangan negatif terhadap Yahudi yang mereka kenal. Hal ini semakin memperkuat kekeliruan yang terjadi. Selayaknya sebuah bangsa atau suku, Yahudi memiliki perbedaan dan keberagaman. Tidak semua Yahudi berpaham Judaisme, ada Yahudi yang Nasrani, Yahudi yang tidak beragama, atau Yahudi yang lain-lainnya. Pada intinya Yahudi bukanlah entitas yang homogen tetapi heterogen.

Sementara Judaisme adalah ajaran atau kepercayaan dari Yahudi itu sendiri. Dari sini lah muncul perbedaan antara beberapa golongan Yahudi itu sendiri. Tidak sedikit golongan Yahudi yang sangat mengecam perbuatan tidak berperikemanusiaan Zionis Israel karena dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Judaisme yang mereka anut. Namun bagi kubu Zionis Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan.

Salah satu golongan Yahudi yang lantang membela Palestina adalah Neturei Karta yang biasa diartikan para penjaga kota. Neturei Karta merupakan entitas Yahudi yang terbentuk pada tahun 1938 di Yerusalem. Tujuan utama dari golongan Yahudi ini adalah mereduksi sikap anti-semitisme karena pembelaan Palestina bersifat universal. Neturei Karta memiliki misi bersatu melawan Zionisme. Sudah sangat jelas bahwa tidak semua Yahudi sepakat dengan ideologi Zionis.

Bahas mengenai Zionis masih banyak juga masyarakat yang keliru akan hal ini. Jadi ringkasnya Zionisme adalah ideologi atau gerakan politik yang diinisiasi oleh bapak Zionisme yaitu Theoder Herzl untuk membuat home landbagi umat Yahudi di seluruh dunia yang bertempat di Palestina. Dalam ideologi Zionis percaya bahwa Palestina adalah tanah mereka dan menjadi hak mereka untuk hidup di sana. Zionisme juga membolehkan segala cara supaya Palestina bisa direbut secara utuh, hal ini lah yang sangat ditentang oleh masyarakat dunia dan terkecuali golongan Yahudi yang anti terhadap Zionis.

Kekejaman dan kejahatan Zionis sudah membuat banyak masyarakat Palestina menderita, kehilangan tempat tinggal, bahkan sampai meninggal akibat serangan-serangan keji yang dilakukan Zionis. Dunia Internasional yang diwakili PBB sudah sering memperingati dan mengecam perbuatan yang dilakukan Zionis Israel. Namun hadirnya hak veto dalam PBB menjadi kendala terbitnya jalan keluar dari permasalahan ini, karena setiap kali negara-negara yang pendukung Palestina dan mengintervensi Israel sudah pasti Amerika dan sekutunya yang menguasai Dewan Keamaan PBB akan memveto intervensi tersebut.

Meskipun konflik ini tidak tahu kapan usainya yang harus diperhatikan adalah tidak semestinya narasi agama menjadi dalil tunggal dalam melihat konflik ini. Harus pula dikedepankan narasi kemanusiaan dan keadilan. Jangan sampai menyamaratakan orang Yahudi bersalah karena Israel tidak mewakili Yahudi dan Judaisme. Bahkan Noah Choamsky, intelektual AS keturunan Yahudi mengatakan bahwa mereka yang menyebut dirinya pendukung Israel sebetulnya adalah pendukung kemerosotan moral dan kehancuran.

Pada akhirnya perseteruan Palestina-Israel tidak melulu soal agama tetapi juga soal kemanusiaan, kemerdekaan, keadilan, dan kebangsaan. Jangan sampai narasi agama memecah kerukunan dan toleransi antar agama yang sudah terbangun. Harus diutamakan narasi kemanusiaan dalam perseteruan ini karena terlalu banyak korban yang sudah berjatuhan dalan konflik ini.

*penulis merupakan mahasiswa program studi Sejarah Peradaban Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Gangguan Kesehatan Mental  Akibat Kelelahan Previous post Gangguan Kesehatan Mental Akibat Kelelahan
Palestina dalam Perspektif Teologi Kristen Next post Palestina dalam Perspektif Teologi Kristen