Pendidikan Alternatif Sejahterakan Anak Jakarta

Pendidikan Alternatif Sejahterakan Anak Jakarta

Read Time:2 Minute, 23 Second
Pendidikan Alternatif Sejahterakan Anak Jakarta

Bukan hanya kami yang mengajar, tetapi juga diajar. Bukan hanya kami yang berbagi, tetapi juga dibagi.

Gelak tawa terdengar nyaring dari salah satu aula desa Bumi Perkemahan Lembah Hijau Babakan, Setu, Tangerang Selatan. Tampak belasan anak kecil dengan raut wajah penuh keceriaan tengah mewarnai gambar di secarik kertas. Tak terhitung lagi berapa jumlah pensil warna yang mereka gunakan. Silir angin membalut suasana hangat yang tercipta. Tempat ini menjadi saksi atas tekad belajar anak-anak dan kebaikan hati pahlawan kemanusiaan atas nama pendidikan, atau sebut saja semua narasi ini; Jendela Jakarta.

Komunitas yang menjunjung visi; menjadi komunitas berjiwa muda yang fokus berkarya dan berkontribusi kepada pendidikan anak ini, terus menjalankan misi kemanusiaannya. Namanya pun diambil dari filosofi Jendela itu sendiri, yang mana buku adalah jendela ilmu.

Pada tahun 2011 silam, terjadi erupsi di Gunung Merapi. Kemudian Prihatiningsih, Topan Wijaya, Julian, Marisa Latifa, dan Siti Aisyah—lima sekawan yang tertarik pada bidang kerelawanan—mencetuskan ide mengenai gerakan membaca buku, sebagai pendidikan alternatif pada anak-anak yang menjadi korban tragedi tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa relawan yang tergabung berpindah tempat. Hingga akhirnya, Komunitas Jendela mulai menyebar ke beberapa kota di Indonesia, antara lain Yogyakarta, Jakarta, Malang, Lampung, Bangka, Jember, Maluk, dan Ambua.

Jendela Jakarta sendiri didirikan pada 29 September 2012, setahun setelah berjalannya Komunitas Jendela yang berpusat di Yogyakarta. Terfokus pada nilai literasi anak-anak yang kurang sejahtera dalam hal pendidikan, Jendela Jakarta memiliki tiga perpustakaan, yaitu di daerah Manggarai, Sungai Bambu, dan Serpong.

Salah satu kegiatan yang ada di Komunitas Jendela Jakarta adalah Festival Bocah Cilik, atau biasa disebut Fesbocil. Kegiatan ini berisi lomba-lomba yang mengasah kreativitas dan keaktifan anak-anak binaan Jendela Jakarta.

Kegiatan lainnya, ada Cooking Class dan Festival Ramadan. Ada pula Makrab Regional untuk para relawan dalam skala se-Jakarta ataupun Makrab Nasional, guna menyatukan relawan Komunitas Jendela se-Indonesia. “Seru banget (kegiatannya), terutama lingkup pertemannya dengan relawan yang lain itu positif.,” ungkap Tri Endah Lestari, Public Relation sekaligus relawan Jendela Jakarta, Selasa (23/11).

Dengan adanya pembelajaran dari anak usia dini sampai taraf sekolah menengah pertama, komunitas Jendela Jakarta juga memiliki berbagai program kelas, seperti tahsin, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), one day trip, konseling, bahasa, olahraga, kewirausahaan, komputer, praktikum, dan seni.

Koordinator Jendela Jakarta, Marista Rovyanti angkat suara mengenai motivasinya bergabung di komunitas ini. Marista menuturkan bahwa ia ingin berbagi kepada orang lain dan menyebarkan kebahagiaan lewat bidang pendidikan. “Sebenarnya ingin berbagi saja, tapi justru kita yang belajar banyak dari adik-adik,” ucapnya, Selasa (23/11).

Salah satu anak yang terlihat senang dengan kegiatannya di Jendela Jakarta adalah Kalista. Usianya baru lima tahun. Namun, ia sudah pandai mengenal warna dan membaca. Dengan lengkung bulan sabit pada bibirnya, Kalista mengatakan bahwa ia merasa senang belajar di Jendela Jakarta. “Ketemu banyak teman, kakak-kakaknya juga ramah dan baik,” ujar Kalista, salah satu anak binaan Jendela Jakarta, Minggu  (28/11).


AFK & AFA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Mencari Titik Terang Kasus Pelanggaran HAM Previous post Mencari Titik Terang Kasus Pelanggaran HAM
Asa di Persimpangan Ciputat Next post Asa di Persimpangan Ciputat