Menggantungkan hidup di sekitar Stasiun Tanah Abang, pedagang kaki lima terus bertahan meski menghadapi ketidakpastian dan tantangan kebijakan pemerintah.
Menurut data dari PT Kereta Api Indonesia (KAI), Stasiun Tanah Abang dapat melayani lebih dari 100 ribu penumpang per hari yang menjadikannya salah satu stasiun tersibuk di Jakarta. Keramaian tersebut dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima yang menggantungkan hidup di sana. Seiring dengan pembangunan dan penataan kota, para pedagang menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kebijakan pemerintah, penertiban, hingga perubahan jumlah pelanggan.
Wilayah sekitar Stasiun Tanah Abang turut menjadi pusat keramaian, di balik itu semua para pedagang kaki lima berjuang untuk bertahan. Rohman Setiawan, pedagang Es Teh Solo yang baru berjualan tiga bulan di lokasi tersebut mengaku persaingan antar pedagang sangat ketat. “Penyebab naik turunnya jumlah pembeli itu persaingan, banyak yang jualan serupa,” ujarnya, Sabtu (19/10).
Rohman juga menyebutkan, penertiban dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) terjadi setiap hari kerja, membuat pedagang tidak bisa berjualan dengan tenang. “Penertiban itu biasanya setiap hari Senin sampai Jumat, di jam-jam kerja,” ungkap Rohman.
Hadi Prasetyo, penjual minuman yang sudah berjualan selama delapan tahun di sana, merasakan hal yang serupa. Namun, baginya persaingan tidak terlalu menjadi masalah besar. “Rezeki kan sudah ada yang atur, kita hanya bisa berusaha,” katanya, Sabtu (19/10).
Sementara itu, Gugun Firmansyah, pedagang siomay yang telah berjualan selama 24 tahun di Tanah Abang bercerita tentang pengalaman bertahannya meski sering kali harus menghadapi razia. “Biasanya jam sebelas siang di hari kerja, ya selama satu jam lah, setelah selesai baru saya dagang lagi,” ujarnya, Sabtu (19/10). Gugun juga mengungkapkan bahwa dulu sempat ada persaingan ketat dengan pedagang siomay lainnya, namun sekarang ia tetap bertahan karena tidak ada lagi pesaing sejenis.
Baik Rohman, Hadi, bahkan Gugun mengharapkan adanya solusi dari pemerintah terkait keberadaan mereka sebagai pedagang kaki lima di area Stasiun Tanah Abang. “Yang penting kami bisa jualan dengan tenang, kalau bisa ada tempat khusus buat pedagang kaki lima,” harap Rohman, menyuarakan harapan banyak pedagang lain yang menginginkan stabilitas usaha di tengah tantangan penertiban dan persaingan. Bagi para pedagang kaki lima ini, dukungan dari pemerintah sangatlah penting. Mereka berharap adanya solusi yang lebih seimbang antara penataan kota dan kesejahteraan mereka.
Kehidupan para pedagang kaki lima di sekitar Stasiun Tanah Abang mencerminkan dampak kompleksitas urbanisasi dan kebijakan pemerintah terhadap masyarakat kecil. Meski arus modernisasi dan perubahan infrastruktur terus berjalan, mereka terus berupaya mempertahankan lapaknya. Berharap adanya keseimbangan antara penataan kota dan keberlangsungan usaha kecil mereka.
Reporter: RY
Editor: Nabilah Saffanah