Read Time:1 Minute, 43 Second
Indonesia memiliki beragam budaya mulai dari tarian, musik sampai adat istiadat. Hal tersebut merupakan aset yang harus dijaga dan dilestarikan. Namun nyatanya, kebudayaan Indonesia mulai terkikis dengan perubahan zaman. Dalam rangka mempertahankan kebudayaan asli bangsa ini warga Magelang membentuk Komunitas Lima Gunung (KLG).
KLG merupakan komunitas yang berkosentrasi pada kesenian dan kebudayaan Indonesia. Menariknya, komunitas ini beranggotakan petani-petani Magelang. “KLG terdiri dari beberapa komunitas yang berada di kawasan kaki gunung Magelang,” ujar ketua dari Komunitas Gunung Sumbing, Ipang saat ditemui di Gedung Bentara Budaya Jakarta, Minggu (22/12).
Komunitas yang berdiri sejak tahun 2000 ini mencakup kawasan Gunung Merapi yang diketuai Sitras Anjilin, Merbabu diketuai Riyadi dan Sujono, Andong dikepalai Supadi Haryanto, Gunung Sumbing dengan ketua Ipang, dan Gunung Manoreh yang dipimpin Ki Jowongso Sumimpen.
Tiap komunitas bergelut dalam bidang kesenian dan kebudayaan, namun yang paling diutamakan adalah pentas seni rakyat, seperti tari Topeng Ireng, Toreg, kuda lumping, dan tarian tradisional lainnya. “Tak hanya itu, seni lukis dan seni ukir juga menjadi salah satu kegiatan komunitas tersebut,” ujar Ipang.
Dari hasil kegiatannya tersebut, KLG mampu menggelar beberapa pementasan di luar kota antara lain di Salihara Jakarta, Pawai Nusantara di depan Istana Negara, peringatan hari Hak Asasi Manusia di Tugu Proklamasi, di Universitas Diponogoro Semarang, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, ISI Surakarta.
Pementasan lainnya dalam acara berskala internasional adalah pada Asian People Dialogue (APD) di Cibubur pada 2002, Solo International Ethnic Musik Festival (SIEM) di Benteng Vastenburg pada 2008, Solo International Performing Art (SIPA) di Solo pada 2009 dan 2010. Undangan-undangan dari negara lain seperti Inggris, Thailand, pertemuan Asia Pasifik di Wellington, dan museum di Wina 2013.
Acara-acara tersebut digagas sebagai ajang silaturahmi tahunan, khususnya antar komunitas. Selain itu, Sutanto Mendut selaku pendiri komunitas tersebut beharap masyarakat mampu mempelajari serta mempertahankan kebudayaan bangsa sendiri.
Komunitas ini mempunyai studio yang berada di samping candi mendut, sehingga studio ini dinamakan Studio Mendut. Studio tersebut mejadi tempat berbagai pementasan. “Selain itu, studio juga berfungsi sebagai pusat pertemuan antar anggota KLG,” ujar salah satu anggota KLG Hari Atmoko. (Winda Alfiani)
Average Rating