Kontrasepsi Kurangi Pertambahan Penduduk

Read Time:1 Minute, 38 Second
Kini pertumbuhan penduduk dunia semakin tidak terkendali. Salah satu cara menekan pertumbuhan penduduk tersebut dengan meningkatkan penggunaan alat pencegah kehamilan atau kontrasepsi. Namun saat ini, alat-alat kontrasepsi yang sudah ada masih memiliki kekurangan dan harus dikembangkan.
Demikian disampaikan salah satu dosen jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta,  Azrifitria, dalam acara simposium nasional bertema “Contraception Facts: Related Problems and Technology Updates” di Auditorium Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu (7/11).
Azrifitria menjelaskan berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan teknologi kontrasepsi yang lebih baik dari sebelumnya. “Dengan berkembangnya bidang genomik, proteomik, dan  imunologi, diharapkan adanya pil atau kapsul pencegah kehamilan sehingga alat kontrasepsi tak melulu seperti mirena, kondom, dan nuvaring,” ujarnya.

Selain itu, Azrifitria berharap, penelitian kontrasepsi pada berbagai generasi semakin berkembang. Selain itu, menurutnya, adanya penyuluhan juga akan membawa pemahaman lebih baik tentang ilmu reproduksi.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Surya Candra menyatakan, kontrasepsi adalah pilihan keluarga yang harus disediakan pemerintah, baik itu pelayanan, akses, maupun keterjangkauan biaya. “Adanya motivasi bagi keluarga dalam melaksanakan kontrasepsi akan mendorong kontinuitas, sehingga dapat mengurangi pesatnya pertumbuhan penduduk,” ucap Surya.

Menurut Surya, keluarga juga berperan penting dalam pertumbuhan penduduk. Pemahaman yang ditanamkan keluarga sebagai lingkungan sosialisasi pertama bagi anak sangat memengaruhi pola pikir di masa depan. “Keluarga merupakan agent of changedalam melaksanakan 1000 hari pertama kehidupan yang tepat,” lanjutnya.

Ketua pelaksana simposium, Ahmad Apriansyah menjelaskan, acara simposium nasional ini adalah bagian dari Pharmacy Expo yang diselenggarakan satu kali dalam setahun. Setelah acara ini, lanjut Apriansyah, masalah urgensi bisa dibahas bersama lagi dengan BKKBN. Tak hanya itu, ia juga berharap acara ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai tindakan yang tepat soal kontrasepsi.

Salah satu peserta simposium, Sonia Warda Qostia mengaku sangat puas bisa mendapatkan ilmu tentang kontrasepsi yang tidak ia dapatkan di bangku perkuliahan. “Jurusanku (farmasi) lebih fokus kepada obat-obatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, namun di acara ini dijelaskan apa dan bagaimana kontrasepsi yang benar,” jelas Sonia.


NY

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Sadarkan Pemuda, Kenalkan Media
Next post Slowgoing of Socialization Causes a Commotion