Dampak Buruk Sinetron ‘Remaja’

Read Time:2 Minute, 18 Second

Oleh: Nadya Nurrahmah


Media elektronik berkembang cepat di Indonesia. Televisi maupun radio menyajikan beragam program di dalamnya. Mulai dari berita hingga program hiburan. Program hiburan merupakan tayangan populer yang disenangi oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak, remaja sampai orang tua. Program hiburan biasanya diisi dengan infotainment dan sinetron.

Sinetron merupakan tayangan paling banyak diminati di Indonesia. Sinetron biasanya bertemakan cerita remaja, tetapi pada kenyataannya, sinetron remaja banyak menyimpang dari kehidupan remaja. Contohnya, banyak sinetron remaja yang ditayangkan  memakai kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil. Padahal, di kehidupan nyata, remaja yang masih sekolah dilarang membawa kendaraan pribadi karena belum cukup umur.
Tak hanya itu, sinetron juga banyak menayangkan kisah percintaan remaja yang tak pantas, mengingat penontonnya dominan masih di bawah umur. Di televisi, sinetron yang mengedukasi sudah jarang dijumpai. Walaupun sekarang banyak sinetron yang  menceritakan remaja bersekolah, tetapi yang diceritakan di dalamnya tak ada kaitannya dengan dunia pendidikan. Mereka lebih banyak mengekspos pergaulan bebas.
Sebuah penelitian American Psychological Association pada tahun 1995 menyatakan, tayangan bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berlaku buruk.  Dari penelitian tersebut, seharusnya acara di televisi menayangkan hal-hal yang positif apalagi untuk remaja. Karena para remaja selalu mengikuti apa yang mereka lihat, masa remaja merupakan masa pencarian jati diri.
Kesadaran orang tua tentang pentingnya menonton tayangan yang mengedukasi remaja juga semakin berkurang. Orang tua harusnya bisa membimbing anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
Pada zaman ini justru orang tua  malah ‘mengikuti’ anaknya untuk melakukan hal negatif. Bagaimana tidak, orang tua justru ikut-ikutan menonton sinetron yang mengandung unsur pergaulan bebas. Bahkan, orang tua tidak segan-segan membiayai anaknya untuk melakukan hal yang menyenangkan bagi anaknya tetapi sebenarnya hal tersebut justru ‘merusak’ mereka.
Orang tua bangga anak mereka mengikuti gaya dari para pemain sinetron dan melakukan berbagai cara agar memiliki ‘barang-barang’ yang digunakan oleh para pemain sinetron tersebut walaupun keadaan keuangan mereka tidak memungkinkan. Banyak faktor yang menyebabkan remaja masa kini menyukai tontonan yang mengandung unsur-unsur pergaulan bebas. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah lingkungan, karena kehidupan mereka sehari-hari dihabiskan bersama orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Jika orang-orang di suatu lingkungan mengerjakan hal negatif, tidak dapat dipungkiri lagi remaja di lingkungan tersebut juga mudah terpengaruhi dan mengerjakan hal yang sama. Sebaliknya, apabila orang-orang di suatu lingkungan selalu mengerjakan hal-hal positif dan mengandung banyak manfaat, para remaja juga mengerjakan hal yang demikian.
Seharusnya sinetron di Indonesia lebih mengutamakan nilai-nilai edukasi bagi anak-anak dan remaja. Orang tua harus lebih mengawasi dan memberikan pelajaran agama kepada anaknya, agar mereka bisa membedakan hal negatif dan positif. Harapannya, sinetron dapat meningkatkan kemajuan bangsa.

*Penulis merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Jurusan Jurnalistik

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Fasilitas Gedung Baru Tak Lengkap
Next post UKM Pererat Persaudaraan Lewat Lomba