Interaksi antara dosen penasihat akademik dan mahasiswa kurang intensif. Mahasiswa semester awal menunggu bimbingan seputar informasi akademik. Sedangkan, mahasiswa semester akhir membutuhkan nasihat konkret terkait skripsi.
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki buku pedoman akademik untuk penyelenggaraan kegiatan akademik bagi civitas academica. Termasuk di dalamnya pedoman bagi dosen Penasihat Akademik (PA). Sebagaimana termaktub dalam buku pedoman akademik, dosen PA seharusnya melakukan komunikasi dan interaksi secara intensif dan reguler dengan mahasiswa.
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Studi Agama-Agama, Nibrasul Ummah Almas Alaniyah mengaku dirinya selama hampir satu semester tidak pernah mendapat bimbingan dari dosen PA. Sebagai mahasiswa baru, dirinya sudah mengetahui keberadaan dosen PA saat Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) Fakultas oleh Kepala Program Studi.
Sejak awal perkuliahan, sambungnya, informasi akademik yang seharusnya diketahuinya dari dosen PA ternyata diketahuinya dari grup angkatan dan jurusan. “Pada grup (WhatsApp) jurusan terdapat dosen prodi, jadi informasi terkait perkuliahan secara umum saya dapatkan dari sana,” tutur Elma, Rabu (7/12).
Qusthan Abqary Hisan Firdaus, salah satu dosen PA Fakultas Ushuluddin mengungkapkan bahwa pendidikan perguruan tinggi merupakan pendidikan orang dewasa. Menurutnya, di Indonesia tidak ada institusi yang memfasilitasi mahasiswa beradaptasi dari pendidikan menengah menuju perguruan tinggi. “Di Amerika ada namanya collage. Di sana mahasiswa bisa beradaptasi sebelum masuk perguruan tinggi,” tambahnya, Kamis (8/12).
Kembali dia menuturkan, adanya institusi semacam itu membuat mahasiswa sebelum masuk perguruan tinggi tahu cara bernalar dan mengambil keputusan yang benar. Dia mengarahkan mahasiswanya belajar demikian sehingga keberhasilan mahasiswa tidak sepenuhnya ditentukan oleh dosen PA melainkan keputusan yang diambil oleh mereka sendiri.
Afrian Ulumillah, Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) yang saat ini sedang menyelesaikan tugas akhir menuturkan hal serupa. Dia mengatakan, memang mestinya mahasiswa bisa berimprovisasi sendiri dalam belajar. Sekalipun begitu, menurutnya hal tersebut tidak lantas membuat interaksi antara dosen PA dan mahasiswa pasif.
Afrian mengatakan antara dosen PA dan mahasiswa harus intensif berinteraksi khususnya bagi mahasiswa baru dan semester akhir. Sejak menginjak semester akhir ini, dirinya tidak pernah mendapat bimbingan intensif terkait proposal skripsi. “Sampai hari ini saya tidak menerima nasihat konkret terkait bimbingan proposal skripsi dari dosen PA,” imbuhnya, Rabu (7/12).
Koordinator Akreditasi Lembaga Pengkajian Mutu (LPM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jejen Jaenudin mengungkapkan bahwa interaksi tidak intensif antara dosen PA dan mahasiswa disebabkan kurangnya koordinasi. Padahal menurutnya dosen PA sangat membantu untuk mengarahkan mahasiswa dalam memilih dosen yang kredibel.
Lebih lanjut, kurangnya koordinasi bisa menyebabkan keterlambatan mahasiswa sehingga bisa saja drop out dan berpengaruh terhadap akreditasi prodi. Namun, hal itu bukanlah masalah utama dalam urusan akreditasi. Menurutnya, tidak ada statistika akurat yang menunjukkan mahasiswa drop out sebab bermasalah dengan dosen PA. “Yang bisa saya pastikan, masalah drop out mahasiswa itu beragam,” pungkasnya, Kamis (8/12).
Reporter: FS
Editor: Nurul Sayyidah Hapidoh