“Pulp Fiction” Tawarkan Sensasi Dunia Fantasi

Read Time:2 Minute, 34 Second

Dunia fantasi langsung begitu kental terasa ketika memasuki Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Patung-patung wanita dengan sayap, tanduk, dan sirip menyala memenuhi seisi ruangan. Semuanya terlihat begitu hidup dengan cahaya kebiruan yang ditimbulkan dari karya-karya Amalia Sigit. 
Pameran yang membawa pengunjung pada petualangan dunia serba sakti ini bertajuk Pulp Fiction. Pulp adalah bahan dari bubur kertas yang ramah lingkungan. Amalia Sigit memilih bahan pulp dalam pamerannya karena tekniknya dianggap mudah.
Dalam pameran ini, Amalia Sigit menampilkan 22 patung wanita fiksi.  Di antaranya, patung dengan judul Life Goes On dan The Show Must Go On yang menampilkan figur Joker. Amalia melihat, figur Joker sama dengan rakyat kecil yang harus jungkir balik mencari nafkah.
“Joker yang beruntung bisa menjadi tokoh penghibur kalangan bangsawan, sedangkan yang kurang beruntung hanya dijadikan tontonan dalam sirkus keliling,” jelas seniman yang tidak pernah mengenyam pendidikan seni patung sebelumnya, Sabtu (14/12).
Dari semua patung yang dipamerkan terdapat tiga patung setinggi tubuh manusia yang menjadi sentral di ruangan tersebut. Patung yang paling tengah berjudul Hesitate sedang berpose jongkok dan mencengkram tanah kuat-kuat. Hesitate juga memiliki sayap kupu-kupu yang besar seakan ia bisa terbang sangat tinggi.
Disamping Hesitate terdapat dua patung lain yang besarnya sama. Di sebelah kanan ada patung berjudul Run Like Hell dengan sirip sangat besar dan berpose seakan ingin berlari. Sedangkan di sebelah kiri terdapat patung Keep Looking yang juga memilki sirip dan mata tajam, seakan mengawasi setiap pengunjung yang datang.
Selain itu, di sudut ruangan juga terdapat patung-patung kecil yang digantung. Keempat patung itu diberi judul Fairies. Ini merupakan karya pertama Amalia pada tahun 2005 yang terinspirasi dari mimpi saat kecil untuk bisa terbang. Keempat patung itu memang terlihat seperti peri-peri dunia fantasi yang sedang terbang.
Patung yang ia buat semuanya tanpa busana. Ia tidak ingin terjebak dengan masalah desain busana yang selalu berkaitan dengan zaman. Ia ingin karyanya ini terlihat timeless. Di balik itu, Amalia sempat merasa takut patung-patung wanita tanpa busana ini menuai protes dari pihak tertentu. “Tapi kan  di sini saya hanya ingin menunjukkan keindahan,” tutur wanita yang sangat mencintai seni itu.
Bagi Amalia berkarya merupakan pesona keindahan. Dari semua karyanya, Amalia mengaku, tidak ingin menampilkan pesan apa-apa. “Tidak ada pesan khusus yang ingin saya sampaikan. Semuanya hanya untuk seni dan keindahan,” tuturnya di sela-sela pameran tersebut.
Amalia mengatakan, karyanya terinspirasi dari khayalannya sejak kecil. Ia mengkhayalkan manusia sakti yang bisa terbang, punya penglihatan jarak jauh, dan punya alat pertahanan diri. “Saya juga waktu kecil sering membaca komik HC Andersen. Dalam komik tersebut ada tokoh sentral bernama Gina, seorang wanita yang memilki kekuatan super. Saya jadi terobsesi,” jelas wanita setengah baya itu.

Pameran yang berlangsung pada 4-15 Desember ini mendapat tanggapan baik dari pengunjung, salah satunya, Nova Elyanti. Ia mengaku, sangat kagum dengan patung-patung karya Amalia dan belum pernah melihat pameran patung seperti ini sebelumnya. “Seperti masuk ke dunia fantasi, fiksi sekali,” kata gadis berjilbab itu. (Erika Hidayanti)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Komunitas Sekolah Agama: Tepis Sentimen Keberagaman
Next post Pertunjukan “HAH”, Refleksi Sosial Putu Wijaya