Satukan Rasa Lewat Bahasa

Read Time:1 Minute, 52 Second

Tak sedikit individu yang dipersatukan karena kesamaan bahasa. Hal itulah menjadi cikal bakal lahirnya Komunitas Republik Ngapak. Komunitas yang didirikan oleh Ken Setiawan ini dilandasi keresahannya melihat para perantau muda yang terbawa arus globalisasi dan modernisasi.
Semenjak berdiri pada 1 Agustus 2010, komunitas ini telah memiliki lebih dari 1.200.000 anggota yang terdiri dari pekerja, mahasiswa, pelajar dan lain-lain. Tak hanya di Indonesia, anggota komunitas ini juga tersebar di beberapa negara, seperti, Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong, dan Korea.
Bahasa Ngapakyang dikenal dengan logatnya yang khas tak dapat dipisahkan dari percakapan sehari-hari sebagian masyarakat Jawa Tengah. Untuk itu komunitas ini mewadahi kecintaan mereka akan bahasa Ngapak dengan mengadakan Kopi Darat (Kopdar).
“Kopdar merupakan agenda rutin sebulan sekali, sebagai sarana untuk saling mengenal dan laporan kerja per divisi,” ujar Ken Setiawan, Jumat (19/8). Pada acara tersebut, para anggota mendapat kesempatan untuk bertukar cerita tentang pengalaman mereka dan juga beberapa pengurus yang melaporkan kinerja mereka selama sebulan.
Selain Kopdar, komunitas ini juga mempunyai program sosial. Program tersebut adalah merenovasi rumah masyarakat Jawa Tengah yang mereka anggap tidak layak. Ken Setiawan selaku pendiri mengatakan, setiap rumah dianggarkan Rp10 juta berasal dari iuran anggota.
Ia menambahkan, komunitas Republik Ngapak sejatinya bukan merupakan gerakan separatis, seperti yang selama ini anggapan publik terhadap kegiatan primordial pada umumnya.
Dalam hal publikasi, mereka mempunyai wadah, baik itu media cetak maupun elektronik. Untuk media cetak mereka mengungkapkan gagasan melalui majalah yang diberi nama  Media Ngapak. Tak hanya itu, mereka juga memiliki media elektronik  yang dapat diakses melalui www.radiowongjawa.com. Media tersebut membahas seputar gerakan anti narkoba dan radikalisme.
“Saya bisa mengenal berbagai karakter orang di berbagai wilayah Ngapak. Selain itu juga, dengan mengikuti komunitas ini bisa mempererat silaturahmi dan mengembangkan rasa empati sehingga bisa membangun desa,” kata Raden Mas Muhaimin Anggota Republik Ngapak, Sabtu (20/8).
Raden Mas juga menambahkan, kopdar tidak hanya sebagai ajang silaturahmi. Akan tetapi, juga sebagai kesempatan untuk membahas program kerja yang akan dilakukan seperti bedah rumah, santunan anak yatim, dan menjenguk anggota yang sakit.
“Dengan melestarikan bahasa Ngapak di era modern ini merupakan sebuah prestasi, karena enggak banyak orang di zaman sekarang yang mau menggunakan bahasa daerahnya sendiri,” ujar Pardi, Tim Kreatif Republik Ngapak, Selasa (23/8), ketika dihubungi melalui Whatsapp.
FFA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Saksi Perjalanan Borobudur dan Prambanan
Next post Ekspedisi Maut Para Pemburu Paus