Pasar Loak Kebayoran Lama berada di sepanjang Jalan Cipulir Raya, menawarkan berbagai macam barang bekas dengan harga yang terjangkau. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli.
Pasar Loak Kebayoran Lama berdiri sejak tahun 1980, keberadaannya menjadi daya tarik para pengunjung. Menyusuri trotoar yang berada tepat di bawah jalan layang—penghubung Stasiun Kereta dengan Halte Transjakarta Kebayoran Lama membawa kita melintasi sekumpulan pedagang loak. Suasana ramai khas pasar, menjadi hal lumrah bagi para pengunjung maupun pengguna jalan yang melintas.
Di sana menawarkan berbagai macam barang bekas, mulai dari buku, aksesoris, kamera, telepon, pajangan, gitar, kaset hingga berbagai barang antik lainnya. Akan tetapi, barang yang paling sering diminati yakni barang-barang antik, kamera analog, digital, serta kaset jadul yang sudah tidak dipasarkan lagi.
Penjualan barang bekas di sini memiliki dua cara, yakni menggelar tikar atau terpal di sepanjang trotoar dan rumah toko (Ruko) pinggir jalan. Biasanya para pedagang loak mulai berjualan pada Senin-Jumat pukul 14.00 – 00.00 WIB. Sementara pada akhir pekan, para pedagang membuka dagangannya lebih awal, yakni pukul 09.00 – 00.00 WIB.
Mamat Surahmat, seorang pedagang loak yang telah berjualan selama sepuluh tahun lamanya mengatakan, penghasilan yang didapat dari berjualan barang bekas tidaklah menentu. Sebab melihat dari kondisi ramai ataupun sepinya para pembeli. Akan tetapi sejatinya, pasar loak tak pernah sepi dari pengunjung. “Bagi kami pedagang berapapun hasil pendapatan, yang penting cukup untuk kebutuhan hidup,” ujar Mamat, Senin (13/2).
Seorang pedagang loak lainnya Ari menuturkan, para pedagang loak memperoleh barang dari para pemulung, masyarakat maupun pengunjung yang datang untuk menjualnya. Jika terdapat barang rusak akan diperbaiki terlebih dahulu sebelum nantinya di perjual-belikan. “Kita para pedagang barang loak pasti mengolah dan memperbaiki barang sebelum nantinya dijual,” tutur Ari, Senin (13/2).
Lalu Ari menambahkan, sempat terdengar kabar akan adanya relokasi. Sebab adanya pasar loak di sepanjang jalan trotoar, menyebabkan para pedagang kerap kali terkena penertiban oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Namun mata pencaharian para pedagang, hanya mengandalkan hasil penjualan barang bekas. Bagaimanapun juga, mereka terpaksa berjualan, dengan menerima resikonya.
Menurut keterangan Adiyanto seorang pembeli pasar loak, ia dari lima tahun lalu selalu mengunjungi pasar loak, untuk kebutuhan bisnis onlinenya. Menurutnya barang yang ada di sini sesuai dengan apa yang diperlukan dan harga yang ditawarkannya pun relatif murah, sehingga ia dapat menjualnya kembali.
Adi lanjut menuturkan, tak jarang ia membeli barang yang rusak, biasanya ia akan menyimpan, atau sekadar mengoleksinya. “Baginya membeli barang bekas sudah pasti harus menerima kondisi, baik barang yang memiliki kualitas rendah ataupun kualitas tinggi,” ucap Adi, Senin (13/2).
Hal serupa turut dirasakan oleh Jen Sasongko, pembeli yang biasa datang untuk membeli barang bekas. Menurutnya barang yang ditawarkan bisa untuk dijual kembali. Akan tetapi Jen lebih mengkhususkan membeli barang yang sudah jarang ditemui. “Karena disini banyak barang jadul, kita cenderung lebih minat untuk mengunjungi dan membelinya,” pungkas Jen, Senin (13/2).
Reporter: DS
Editor: Muhammad Naufal Waliyyuddin