KPU FDI saat tengah melakukan perhitungan suara, Rabu (27/3). |
Read Time:1 Minute, 20 Second
Rabu, (27/3) menjadi hari yang tidak biasa bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Delapan dari sebelas fakultas melakukan Pemilihan Raya (Pemira) untuk menentukan pemimpin di tingkat jurusan dan fakultas. Dibeberapa fakultas sempat terjadi adu mulut, perebutan berita acara hasil penghitungan suara hingga pengelembugan suara. Namun, hal itu tidak terjadi di Fakultas Dirasat Islamiyat (FDI). Pelaksanaan Pemira di FDI berjalan lancar.
Bagi mahasiswa FDI, Pemira merupakan salah satu bentuk representasi penerpan nilai-nilai demokrasi di kampus. “Pemira itu penting bagi mahasiswa, dengan catatan pemira yang dilaksanakan harus bersih, tidak ada paksaan, keributan, ataupun intimidasi karena pembelajaran demokrasi ada di Pemira” ujar Iftah, mahasiswa semester 8 FDI.
Senada dengan Iftah, Abdur Rosyid pun setuju bahwa pemilu itu penting bagi mahasiswa. Selain untuk pembelajaran, dengan adanya pemilu, mahasiswa bebas menentukan haknya dalam memilih pemimpin. Rasyid menambahkan meskipun pada pemilu FDI secara teknis terdapat beberapa kekurangan, namun hal tersebut tidak sampai merugikan pihak manapun.
Hadirnya BEM di FDI menjadi bagian terpenting untuk menampung aspirasi mahasiswa, salah satunya Nuraeni, mahasiswa FDI semester 6. Menurutnyadengan dipilihnya BEM diharapkan menjadi wadah untuk aspirasi mahasiswa. “Kalau nggak ada BEM, nanti aspirasi mahasiswa tidak tertampung dong,” tambahnya, Sabtu (30/3).
Terkait pelaksanaan Pemira, Komisi Pemilihan Umun (KPU) FDI memulai pemungutan suara pukul 08.30 dan berakhir pukul 14.30. 266 dari 345 daftar pemilih tetap (DPT) yang terdiri dari berbagai semester ikut berpartisipasi untuk menentukan calon pemimpin mereka. Sedangkan, untuk perhitungan suara dimulai pada pukul 15.00 sampai 16.00.
Average Rating