Read Time:2 Minute, 34 Second
Berani mencoba dan percaya diri, dua prinsip hidup tersebut yang menjadi modal utama Denny Iswanto, mahasiswa semester 8 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dalam mengikuti berbagai ajang perlombaan, seperti lomba esai, Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan lomba debat. Selama kuliah, Denny sudah berhasil membawa 28 penghargaan dari berbagai lomba yang ia ikuti.
Bermula saat dirinya duduk di bangku semester dua, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), Denny mulai memberanikan diri mengikuti lomba debat yang diadakan oleh FEB. Pengalaman pertama itu mendorongnya untuk mencoba lomba debat tingkat universitas dan berhasil meraih juara tiga.
Kebiasaan berani mencoba hal baru membuat Denny untuk pertama kalinya menjuarai lomba debat tingkat nasional. “Alhamdulillah, menjadi juara pertama,” tutur Denny sumringah. Sejak itu, Denny tertarik mengikuti berbagai macam lomba. “Sebe-tulnya, kita itu jangan pernah minder ketika bersaing dengan universitas-universitas lain. Banyak yang enggak percaya diri karena dari UIN, awalnya saya juga kayak gitu, tapi saya selalu mencoba buat percaya diri,” ujar Denny, Senin (19/05).
Ia menambahkan, sebelumnya ia tak punya pengalaman mengikuti perlombaan. Menurut Denny, pertama kali ikut lomba debat tujuannya ingin mengembangkan teknik komunikasi yang baik, ia berharap bisa lebih percaya diri ketika menyampaikan ide saat presentasi penelitian.
Denny bercerita, semakin sering mengikuti lomba, ia merasa semakin tertantang dan mendapatkan pengalaman baru. Ketika Mas Den, sapaan akrabnya, duduk di bangku semester enam, ia mulai tertarik untuk mencoba menulis esai. Esai pertamanya yang membahas blue economy itu ia ikutsertakan dalam lomba esai tingkat nasional yang diadakan oleh Universitas Katolik Parahyangan.
Tulisan esai pria yang hobi membaca ini pun berhasil menyabet juara satu, mengalahkan peserta dari Universitas Indonesia dan universitas lainnya. Tak hanya menyabet predikat sebagai seorang juara, Denny berhasil lolos menjadi salah satu pemateri makalah yang diadakan oleh Universitas Ne-geri Jakarta (UNJ).
Menjadi kebanggaan tersendiri bagi pria berusia 24 tahun ini, karena dari enam peserta yang lolos menjadi pemakalah, ia satu-satunya peserta yang masih menyandang status sebagai mahasiswa. ”Waktu itu, lima orang lainnya mereka sudah lulus S1, S2 bahkan S3 dan saya satu-satunya yang belum bergelar S.E,” kenang Denny.
Menurut Denny yang baru saja menyelesaikan sidang skripsi dengan nilai cumlaude pada Kamis (22/05) ini menyarankan, agar mahasiswa jangan takut untuk mencoba, harus percaya diri, dan jangan menjadi mahasiswa mainstream. “Ya, kalau kuliahnya hanya mengejar Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi saja, dia hanya akan menjadi mahasiswa biasa. Tapi, kalau kita punya pengalaman yang banyak, ketika lulus enggak akan diragukan lagi. Intinya, kita harus jadi mahasiswa yang enggak biasa,” terang Denny.
Dari pengalamannya tersebut, sekarang Denny banyak diminta oleh berbagai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk mengisi materi teknik menulis esai, LKTI, dan makalah. Selain itu, ia juga membentuk perkumpulan menulis ilmiah. Tapi, perkumpulan yang memiliki anggota sebanyak 20 orang ini masih terkendala deng-an masalah Sumber Daya Manusia (SDM), “Pengajarnya baru saya, kalau saya lagi ikut lomba ke luar kota enggak ada pengajarnya,” terang Denny.
Ia mengatakan, komunitas menulis ilmiah ini terbuka bagi seluruh mahasiswa UIN Jakarta. Denny berharap ilmu dan konsep-konsep ekonomi yang ia miliki bisa menolong dan membangun masyarakat miskin. “Tujuannya, nanti konsep itu bisa dibuat kebijakan oleh pemerintah,” tutupnya.
(Nurlaela)
Average Rating