Abuddin Nata, Cendikiawan muslim kelahiran Cibuntu Kulon, mengawali hobinya menulis sejak di bangku sekolah. Kini, Abuddin Nata telah mencatat karya buku sebanyak 798 dari berbagai terbitan.
Abuddin Nata, seorang dosen sekaligus profesor lahir di Desa Cibuntu Kulon, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 2 Agustus 1954. Ia bergelar Sarjana Muda (B.A.) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun 1978 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Abuddin senang menulis sejak berada di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Kala itu, ia menulis pada majalah dinding dan naskah pidato.
Saat masuk perguruan tinggi, Abuddin telah mengembangkan tradisi menulis. Ia menulis di koran berita seputar politik, sosial, korupsi, dan juga surat kabar di berbagai media informasi. Selain itu, Abuddin juga menghasilkan tulisan di berbagai jurnal.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan ia semangat dalam menulis. Pertama, Abuddin selalu mengingat ayat Al-Quran surat Al-A’la ayat 1. Ayat tersebut menjelaskan tentang membaca dan menulis yang merupakan pesan Al-Quran dalam mencirikan masyarakat beradab.
Kedua, ia menyampaikan, menulis merupakan sebuah gagasan yang tidak akan hilang dan dapat dengan mudah disebarluaskan melalui teknologi saat ini. Abuddin terinspirasi pada kejayaan Islam di zaman klasik. “Saat itu kejayaan Islam tidak lepas dari produktivitas tulisan para ulama yang sampai sekarang kita temukan,” ucapnya, Senin (15/1).
Selain itu, Abuddin menganggap, menulis buku adalah proses pembelajaran bagi masyarakat yang tidak mendapat kesempatan untuk sekolah. Ia menilai, melalui tulisan buku, masyarakat dengan mudah membaca dan mendapatkan ilmu pengetahuan, “Menjadi pahala jariyah berupa ilmu yang bermanfaat,” ungkapnya.
Abuddin memberikan tips bagaimana menulis buku. Menurutnya, seorang penulis perlu membangun kebiasaan membaca teks Al-Qur’an, hadis, buku, serta pengamatan tentang permasalahan di sekitar. Menulis buku, lanjut Abuddin, merupakan bentuk kepedulian serta pemecahan masalah yang ada di lingkungan sekitar. “Karena apa yang kita tulis itu adalah bagian dari usaha kita untuk memecahkan masalah,” ujarnya.
Berdasarkan situs web Indonesia Onesearch Perpustakaan Nasional, koleksi buku yang dimiliki Abuddin Nata berjumlah 798 buku dengan berbagai terbitan yang berbeda. Bahkan, karya tulis Abuddin tidak hanya berada di Indonesia. “Saya belum cek, tapi kabar yang saya dengar ada di universitas di Kanada dan Australia”, ucapnya.
Abuddin beberapa kali diundang untuk menjadi pembicara di berbagai tempat. Pada Sabtu (27/1), ia akan menjadi pembicara di Universitas Nusantara (Uninus) Bandung dalam acara seminar internasional yang bertema “Penggunaan Artificial Intelligence dalam Pendidikan Islam”.
Hingga kini, Abuddin sedang menjadi dosen pembimbing mata kuliah keislaman di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Abuddin menilai, mahasiswa perlu gemar membaca, peka terhadap lingkungan, menulis dengan baik dan sesuai gaya bahasanya sendiri. “Harus rajin mengoleksi buku walau sekarang mudah mencari di internet, tetapi masih belum cukup,” pungkasnya.
Reporter: MA
Editor: Wan Muhammad Arraffi