Sumber: www.bymakinov.blogspot.com |
Read Time:2 Minute, 13 Second
Kekurangan biaya perkuliahan menjadi hal yang tak bisa dipungkiri oleh sebagian mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Mereka rela memutar otak demi melanjutkan masa pendidikannya. Mengikuti Multi Level Marketing (MLM) menjadi pilihan mahasiswa demi meringankan beban orang tua, khususnya masalah keuangan.
Hal ini dirasakan oleh mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta Nur Kholis Majid. 22 Agustus 2016 lalu, Nur mulai mengikuti program MLM di PT. Melia Sehat Sejahtera (MSS). Awal mulanya, dia diajak temannya untuk bergabung dalam seminar bisnis yang diselenggarakan oleh PT Melia Sehat Sejahtera di gedung Kopertais, Ciputat, Tangerang Selatan.“Acara ini memberikan motivasi kepada saya terhadap bisnis. Jadi saya mulai tertarik,” ujarnya, Selasa (16/5).
Setelah bergabung menjadi anggota, Nur mulai menawarkan sebuah produk MSS berupa bedak kepada orang-orang dekatnya. Dalam sehari, Ia berhasil menjual produk sebanyak dua buah. Lama kelamaan, hasil penjualan Nur semakin meningkat dari dua buah menjadi empat buah. Dari penjualan itu, ia juga bisa memperoleh keuntungan Rp350 ribu per hari.
Selain Nur, Abdur Rahman pun ikut serta dalam MLM. Pada 25 Maret 2017 lalu, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) ini diajak temannya untuk mengikuti bisnis pulsa lewat Paytren. Saat itu, Ia kebetulan tengah mencari kesibukan di sela-sela perkuliahannya. “Awalnya saya kira Paytren itu penipuan,” tutur mahasiswa yang akrab disapa Rahman, Kamis (18/5).
Setelah mengikuti Paytren, teman-temannya pun mulai membeli pulsa lewat Rahman. Dalam sehari, Dia berhasil menjual pulsa kepada tujuh temannya. Dalam sehari, ia bisa memperoleh keuntungan sekitar Rp100 ribu. “Alhamdulillah bisnis ini terbukti tak ada penipuan. Ternyata Paytren menguntungkan,” ungkapnya.
Berbeda dengan Nur dan Rahman, Ainul Yaqin memilih tidak mengikuti MLM. Mahasiswa FU UIN Jakarta ini tak mau tergiur dari ajakan teman-temannya. Alasannya, penerapan sistem MLM belum terbukti jelas. Terlebih, metodenya hanya sekadar mengajak orang lain. “Lebih baik saya berdagang gorengan daripada ikut MLM,” ujarnya, Senin (15/5).
Menanggapi MLM, Dosen FSH UIN Jakarta Euis Amelia turut berkomentar. Menurut Euis, MLM adalah suatu mekanisme dalam proses bisnis yang di mana metodenya memanfaatkan media dari satu orang ke orang lainnya. Jika dilihat dari segi legalitas perusahaan, MLM masih memiliki kejelasan, baik dari manajer maupun dari segi barang. “MLM sendiri bisa memberikan lowongan pekerjaan sekaligus mengajari cara berbisnis kepada masyarakat,” katanya di ruang Dekanat FSH UIN Jakarta, Kamis (18/5).
Euis mengapresiasi apabila ada mahasiswa yang turut serta aktif dalam kegiatan MLM. Selain bisa menambah pundi-pundi uang, mahasiswa juga mulai bisa mengatur waktu dan mandiri dalam berwirausaha.
Namun Euis tak menjamin bahwa semua MLM itu legalitasnya jelas. Jika dilihat dari segi manajemen produknya, Euis menganggap bahwa MLM itu hanya mengandalkan dari satu produk saja. “Oleh karenanya, mahasiswa harus kritis dalam mengetahui produk-produk di MLM,” imbuhnya.
MS
Average Rating