Reformasi dalam Bingkai Seni

Read Time:2 Minute, 12 Second
Saat menapaki kawasan Galeri Nasional, tampak poster-poster pameran Manifesto berjejer menyambut pengunjung di setiap jalan menuju Gedung A. Memasuki ruang utama Gedung A tampak sebuah lukisan kanvas ukuran 300 x 600 cm mendominasi ruangan. Fival Putih Tentang Java judulnya, sebuah lukisan cerminan Indonesia tanah air beta. Namun bermakna lain, tanah air Indonesia bukan milik pribadi.
Memasuki ruangan sebelah kiri tampak nuansa hitam memenuhi dinding, membuat lukisan terasa lebih pekat dan mempesona. Lukisan tersebut terpampang rapi, saling berjejer satu sama lain. Menelaah lebih jauh terlihat lukisan Terra Bajraghosa menghiasi dinding dengan media cat akrilik pada kanvas.
Lukisan berdiameter 180 x 290 cm tampak kekuning-kuningan, terlihat jelas sosok wanita menjadi objek pelukis. Terra Bajraghosa berkisah seorang gadis Jawa yang memiliki keberanian dalam menghadapi tantangan. Tercermin dari gambar pertarungan sosok wanita dengan gagah melawan alien. Wanita masa kini tak seharusnya menjadi robot laki-laki, sudah sepantasnya perempuan memiliki mimpi dalam menjalani hidup.
Di ujung ruangan terdapat sebuah patung gaun yang dikenakan seorang wanita tak berkepala, kondisi ruangan yang gelap menambah selaras suasana. Gaun tersebut mempunyai dimensi bervariasi karya Rudy Atjeh dengan judul Jauh Di Hati Dekat Di Mata. Instalasi dengan ukuran lima figur hidup ini membuat suasana ruangan menjadi hidup dan tidak membosankan.
Selain instalasi interaktif, tampak pula lukisan Miranti Siregar yang dilukis dengan pensil dan cat akrilik di atas kayu. Lukisan yang dibuat pada tahun 2018, terpampang jelas saat memasuki ruangan dengan ukuran lukisan 106 x 150 cm. Gambar tentang ibu yang mempunyai kasih sayang kepada anaknya dengan pelukan hangat menjadi pesan yang diungkapkan pelukis.
Tapak kaki perlahan meninggalkan Gedung A, mata dibuat tak berkedip dengan seisi ruangan pameran. Sampai di Gedung B, lukisan-lukisan dengan lampu memancar ke seluruh ruangan seakan berada di ruang gemerlap studio. Lukisan dengan cat akrilik pada kanvas hampir mendominasi ruangan, sama halnya dalam Gedung D.
Menurut keterangan Pemandu Galeri Nasional Wahyu Suherman, Pameran Manifesto 6.0 Multipolar diadakan untuk memperingati ulang tahun Galeri Nasional. Pameran tersebut diselenggarakan sejak tahun 2008 dan berlangsung setiap 2 tahun sekali dengan tema berbeda. “Seni Rupa Setelah 20 Tahun Reformasi,” menjadi tajuk pameran kali ini.
Pameran Manifesto 6.0 Multipolar kali ini berlangsung mulai tanggal 2-17 Mei 2018. Turut hadir dalam pameran beberapa karya seniman arkeologi pasca 98 sebagai refleksi masa dua dekade terakhir. Fenomena tersebut menjadikan seni rupa pasca reformasi lebih beragam konsep, narasi dan medianya. “Jadi seni rupa pasca reformasi lebih variatif,” tutur Wahyu, Rabu (9/5).
Pameran Manifesto 6.0 Multipolar ini juga menarik perhatian mahasiswi Kehutanan Universitas Gajah Mada Anisa Fadilah untuk mengunjungi Galeri Nasional. Menurutnya, pameran ini berbeda dengan pameran lainnya, meskipun ia tak suka dunia seni tapi merasa betah menikmati suasana pameran.
RH

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Disfair 2018: Tunjang Semangat Difabel
Next post Potret Pemuda Kreatif Pasca Reformasi