
Tak hanya menyuguhkan kopi, Kafe Pustaka menyajikan semangat membaca. Di kafe ini, pengunjung yang membeli kopi berarti ikut mendukung gerakan membaca.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota yang serba digital, sebuah kafe dengan konsep yang menawarkan pengalaman membaca sembari menikmati secangkir kopi hangat, hadir bagi para pecinta buku dan penikmat kopi. Kasta atau Kafe Pustaka adalah perwujudan mimpi Merhansyah, seorang kolektor buku dan pemilik usaha percetakan yang ingin mempertemukan ruang literasi dengan kehangatan komunitas. Kafe ini beralamat di Cipayung, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten. Tak jauh dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Merhansyah, pemilik Kasta mengungkapkan, ide tersebut berawal dari hobinya mengoleksi buku sejak kuliah di UIN–dulu Institut Agama Islam Negeri (IAIN)–Jakarta pada tahun 1990-an. Ia mendapatkan ribuan koleksi buku dari toko buku antik dan bazar buku loak dengan harga yang sangat terjangkau. “Buku-buku tua atau buku yang lama, mungkin ada yang masih seharga Rp500-2.5 ribu,” ungkap Merhansyah, Kamis (17/07).
Terinspirasi dari toko buku antik legendaris di Ciputat, Kasta hadir dengan sentuhan modern yang memungkinkan pengunjung untuk bersantai sambil menikmati makanan dan minuman. Bagi Merhansyah, Kasta bukan semata-mata usaha mencari keuntungan. Ia melihatnya sebagai sebuah wadah untuk berbagi. “Saya merasa tidak ada tantangan untuk meraih keuntungan, bahkan buku-buku yang memenuhi rak Kasta sebagian besar saya wakafkan,” jelasnya.
Saat ini, Kasta dikelola oleh keponakan dan anak Merhansyah dengan menyediakan menu yang sangat bersahabat bagi kantong mahasiswa. Tak hanya itu, Kasta juga menyediakan penawaran bila membeli makanan atau minuman seharga Rp15 ribu akan mendapatkan satu buku gratis. Buku yang diberikan merupakan tulisan dari Nurcholis Madjid–akrab dipanggil Cak Nur–yang berjudul Oposisi Momentum Demokratisasi.
Rahma Nur Cahyani, Mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) menjadi salah satu pengunjung yang mengapresiasi Kasta sebagai tempat nyaman untuk belajar dan berdiskusi. Terutama bagi mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir atau skripsi. “Saya merasa senang ada tempat-tempat seperti ini, terlebih saya merupakan mahasiswa akhir yang sedang mengerjakan skripsi,” ujarnya, Kamis (17/7).
Selaras dengan Rahma, Salsa Utami yang juga pengunjung, mengaku sangat senang dengan keberadaan Kasta. Meski berada di tengah kesibukan kota, Kasta tak hanya menjadi tempat memesan makanan dan minuman, melainkan juga ruang membaca buku. “Kafe ini menjadi ruang rehat dan bersantai, terlebih ada penawaran dengan pembelian Rp15 ribu dapat satu buku,” kata Salsa, Kamis (17/7).
Salsa juga mengaku sering mengajak teman-temannya untuk mengerjakan tugas atau sekadar nongkrong di Kasta. Secara tidak langsung, hal itu menjadikan semangat literasi dan kebersamaan dapat tumbuh subur di tengah kota. Dengan konsep yang unik dan harga yang merakyat, Kasta tidak hanya menawarkan tempat nongkrong, tetapi juga sebuah pengalaman berharga bagi para pengunjungnya.
Reporter: Mutya Sunduz Arizki, Ilham Hidayat, Muhammad Firda Hasan
Editor: Rizka Id’ha Nuraini
