Read Time:3 Minute, 22 Second
Kemampuan Bahasa Indonesia mahasiswa asing yang rendah berimbas pada perkuliahan. Mulai dari angkat kaki hingga tertahan untuk lulus menjadi risiko yang membayangi.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar utama perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Ini sejalan dengan amanat Undang-Undang No 24 tahun 2009 Pasal 24 ayat 1 yang berbunyi Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan nasional. Oleh karena itu semua mahasiswa wajib mengerti Bahasa Indonesia tak terkecuali mahasiswa asing.
Untuk mewujudkan amanat ini, UIN Jakarta melalui Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) mengadakan program matrikulasi Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (Bipa). Bipa merupakan program pengajaran Bahasa Indonesia bagi mahasiswa asing yang ingin berkuliah di UIN Jakarta. Artinya setiap mahasiswa asing, sebelum mengikuti perkuliahan wajib memahami Bahasa Indonesia. Khusus mahasiswa asing penerima Beasiswa Rektor Bipa yang dilaksanakan oleh PPB.
Faktanya terdapat mahasiswa yang belum bisa berbahasa Indonesia. Salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Samba Gajaga mengatakan dirinya belum bisa berbahasa Indonesia karena belum mengikuti program Bipa.
Samba menceritakan dirinya belum mengikuti program Bipa karena baru datang ketika perkuliahan telah dimulai. Seharusnya, lanjut Samba Ia belum bisa mengikuti perkuliahan. Namun karena tak ingin menunggu untuk kuliah tahun depan, maka Ia nekat mengikuti perkuliahan meskipun belum bisa bahasa Indonesia. “Saya akan mengikuti program Bipa tahun depan. Karena itu penting,” kata Samba saat ditemui di Ma’had Ali, Sabtu (2/12).
Lebih lanjut Samba mengatakan untuk memahami perkuliahan, Ia meminta dosen menyampaikan kuliah dengan bahasa Inggris. Apabila dosen tak bisa berbahasa Inggris, maka Ia meminta teman untuk menerjemahkannya ke dalam Bahasa Inggris.
Berbeda dengan Omar, mahasiswa asing lain Famara mengatakan dirinya tidak ada kesulitan dalam mengikuti perkuliahan. Famara mengatakan dirinya telah datang enam bulan sebelum perkuliahan dimulai. Hal ini membuat dirinya bisa mengikuti program Bipa di PPB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sesuai jadwal.
Keikutsertaan Famara dalam program Bipa menuai hasil. Lebih lanjut Famara menjelaskan pemahamannya terhadap bahasa Indonesia dinilai cukup baik. Meskipun terkadang menemui kesulitan, terutama ketika mendapati hal baru. “Alhamdulillah mereka (PPB) menilai baik, walau kadang saya masih bingung sama materi baru dari dosen,” ucap Famara melalui pesan WhatsApp, Kamis (30/11).
Mananggapi hal ini Koordinator Bahasa Indonesia PPB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rosida Erowati mengatakan pihaknya telah berusaha maksimal dalam memberikan pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (Bipa). Lebih lanjut Ia menyayangkan mahasiswa asing yang kurang komitmen dalam mengikuti program Bipa. Terlebih mahasiswa yang mendapat beasiswa.
Perempuan yang juga dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini beralasan bahwa, mahasiswa asing yang ingin kuliah di UIN Jakarta seharusnya sudah datang enam bulan sebelum perkuliahan dimulai. Sehingga program BIPA berjalan sesuai jadwal. Namun faktanya mahasiswa asing datang tak sesuai yang dijadwalkan. Umumnya mereka datang seenaknya, sehingga jadwal program pun berantakan. “Datangnya tidak bersamaan, ada yang habis lebaran,” keluhnya, Kamis (23/11).
Rosida juga menyayangkan pihak universitas yang kurang ketat dalam menyeleksi mahasiswa asing. Seharusnya mahasiswa asing, lanjutnya harus diwajibkan mengerti bahasa Indonesia sampai level tiga atau mahir terlebih dulu sebelum bisa mengikuti perkuliahan. Sehingga mahasiswa asing tidak hanya bisa berkomunikasi tetapi juga mampu memahami dan menulis karya ilmiah.
Mendengar hal ini, Wakil Rektor I Bidang Akademik Fadhilah Suralaga menjelaskan pihaknya telah menyerahkan permasalahan Bipa pada PPB. Jika dalam praktiknya terdapat kekurangan maka hal tersebut akan diperbaiki.
Akan tetapi, lanjut Fadhilah mahasiswa asing juga perlu berkomitmen untuk mengikuti program Bipa secara penuh. Terkhusus untuk mahasiswa asing yang mendapat Beasiswa Rektor. Pengantar perkuliahan Bahasa Indonesia, maka mahasiswa asing harus bisa bahasa Indonesia. “Wajar jika ada mahasiswa yang keluar karena kendala bahasa, hal itu akan dievaluasi.” Ungkap Guru Besar Fakultas Psikologi ini, Selasa (21/11).
Padahal jumlah mahasiswa Asing UIN Jakarta meningkat dalam 3 tahun terakhir. Data Lembaga Penjaminan Mutu mencatat pada tahun 2014 mahasiswa asing UIN Jakarta berjumlah 9 orang, 71 orang di tahun 2015 dan 80 pada tahun 2016. Namun Rosida menilai, jika kualitas pemahaman bahasa Indonesia mahasiswa asing rendah, maka hal tersebut dapat menghambat mahasiswa asing untuk lulus. “Karena untuk bisa menyusun skripsi, mahasiswa perlu sampai pada level mahir,” tutupnya.
Atik Zuliati
*Tulisan ini pernah dipublikasikan di Tabloid Institut Edisi November 2017
Average Rating