Anggaran Tersendat, PBAK Terhambat

Read Time:3 Minute, 44 Second


Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK)—yang menjadi hajat rutin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta—rupanya tak luput dari berbagai masalah. Mulai dari masalah pendanaan hingga pelaksanaan yang kian menimbulkan keluh kesah dari panitia PBAK sendiri. Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), para panitia PBAK Universitas, PBAK Fakultas, hingga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pun turut merasakan kendala yang sama.

Ketua DEMA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Nabil Bintang mengaku, keterbatasan dana menjadi salah satu hambatan pelaksanaan PBAK tahun ini. Hal tersebut dikarenakan jumlah mahasiswa baru yang meningkat sehingga menyebabkan berubahnya prosedur pelaksanaan PBAK tingkat universitas yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Lazimnya, PBAK Universitas dilaksanakan di Lapangan UIN dan Auditorium Harun Nasution. Namun, PBAK Universitas tahun ini berlangsung sepenuhnya di Lapangan UIN karena auditorium tidak mampu menampung jumlah mahasiswa baru yang ada. Penerimaan mahasiswa baru yang biasanya hanya berkisar 5.000-5.500 orang, kini mencapai 7.600 orang.

Hal tersebut berdampak pada jumlah anggaran yang membeludak. Pasalnya, panitia PBAK Universitas membutuhkan keperluan logistik yang cukup banyak. Mulai dari panggung, layar Liquid Crystal Display, sound system, dan genset. “Banyak keperluan yang harus disewa, beda kalau pelaksanaannya di auditorium,” ucap Nabil, Senin (27/8).

Ketua Panitia PBAK Universitas Imam Li Dzikri menambahkan, penyewaan tenda dan blower dibantu oleh kampus. Mahasiswa yang akrab dipanggil DZ tersebut juga sempat kewalahan dari segi dana maupun pelaksanaan pada PBAK Universitas pada hari Senin (27/8) lalu. “Baru pertama kali teknisnya seperti ini,” tambahnya.
Dana Fakultas Tersendat
Tak hanya pihak panitia PBAK Universitas yang merasa kewalahan. Hal yang sama juga dirasakan oleh panitia PBAK Fakultas Psikologi (FPsi). Bendahara PBAK FPsi Nia Listiani Aprilliani mengatakan, FPsi kekurangan kucuran dana. Belum lagi, Nia berkata, dari total anggaran 16 juta, harus dibagi 1,6 juta kepada Panitia Pengawas PBAK Fpsi. “Baru cair 9 juta, harus buat Surat Pertanggung Jawaban dulu agar semua anggaran bisa cair,” ujarnya pada Selasa (28/8).

Selain itu, Bendahara DEMA Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Aisyah Putri juga menyatakan hal yang sama. Aisyah berkata, anggaran yang belum seutuhnya cair menimbulkan kendala dalam pelaksanaan PBAK FDIK. Anggaran yang cair baru 55 juta dari total anggaran seharusnya 80 juta. “Sisanya bisa cair setelah dibuatnya Laporan Pertanggungjawaban (LPJ),” ucapnya pada Selasa (28/8).

Dampak yang dirasakan dari terlambatnya pencairan dana ialah pihak panitia PBAK—khususnya PBAK Fakultas—harus menutupi pengeluaran untuk anggaran yang belum cair. Aisyah menyatakan, panitia PBAK FDIK menutupi kekurangan dana dengan meminjam uang kas dari DEMA FDIK. Adapun panitia PBAK FPsi menyiasati kekurangan anggaran tersebut dengan menekan pengeluaran. “Kami mengutamakan kebutuhan yang besar urgensinya,” tanggap Nia.

Peliknya permasalahan serupa juga dialami oleh UKM Resimen Mahasiswa (Menwa). Salah satu Staf Pengamanan Menwa Fikri Iswanto berkata, mereka mengajukan anggaran sebesar 16 juta untuk keperluan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)—yang merupakan mahasiswa baru.
Total anggaran tersebut dialokasikan untuk dana operasional persiapan pengibaran bendera pada hari pembukaan PBAK. Terdapat lima puluh mahasiswa baru yang menjadi anggota Paskibra. “Sepuluh panitia dari Menwa, serta dua pelatih Paskibra yang bertanggung jawab,” ucap Fikri saat ditemui di depan Sekretariat Menwa, Selasa (28/8).

Namun, pengajuan anggaran tersebut tidak disetujui oleh DEMA Universitas. Awalnya, DEMA Universitas hanya menyetujui anggaran Menwa sebesar 11 juta. Setelah melakukan penawaran, pada akhirnya Menwa hanya mendapat 13 juta. “Itu pun baru 6,5 juta yang cair, kami menalangi sisanya dengan uang kas Menwa dan bantuan dari pelatih,” tambah Fikri, Selasa (28/8).
Kurang Komunikasi
Anggaran UKM untuk kegiatan PBAK juga ikut terhambat karena kurangnya komunikasi antara panitia Demo UKM, DEMA Universitas, dan pihak kemahasiswaan. Hal tersebut terjadi karena terlambatnya pengumpulan Rencana Anggaran Biaya ke pihak kemahasiswaan. Proposal pengajuan anggaran Demo UKM yang awalnya disatukan dengan DEMA Universitas pun tiba-tiba harus dibuat proposal terpisah.

Proposal anggaran dari DEMA Universitas yang diserahkan ke pihak kemahasiswaan hanya mencantumkan tiga belas UKM. Padahal, jumlah UKM seharusnya ada empat belas unit di luar Menwa—dengan mekanisme pengajuan dana tersendiri.

Pada surat permohonan bantuan dana untuk Demo UKM yang keluar pun hanya tertulis 26 juta dengan rincian 2 juta per-UKM. “Padahal DEMA Universitas sudah konfirmasi bahwa anggaran Demo UKM sebesar 28 juta,” ujar Bendahara Demo UKM Shelvya Rahmatul Irman saat diwawancarai via WhatsApp pada Selasa (28/8).

Menanggapi segala keluh kesah para panitia PBAK tahun ini, Kepala Bagian Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama Zaenal Arifin menerangkan, proses pencairan dana memang seperti itu dari tahun ke tahun. Jika pengajuan dana terlambat dikirim ke kemahasiswaan, proses pencairan dana dapat ikut terhambat. “Jika ingin cair seutuhnya pun harus mengirimkan LPJ terlebih dahulu dan diberikan secara bertahap,” pungkasnya, Selasa (28/8).

ITH & MSSM

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pengenalan Kampus UIN Ricuh
Next post Ricuh, Panitia PBAK Dipertanyakan