Merawat Ingatan untuk Munir

Merawat Ingatan untuk Munir

Read Time:1 Minute, 55 Second

 

Merawat Ingatan untuk Munir

Upaya merawat ingatan dengan menelusuri kembali jejak Munir Said Thalib, pegiat hak asasi manusia yang dibunuh 17 tahun silam masih terus dilakukan. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) bersama gerakan pembela HAM Sahabat Munir menggelar diskusi dan nonton bareng film dokumenter “Kiri Hijau Kanan Merah”, Selasa (7/9) kemarin secara virtual.

Film dokumenter garapan Dandhy Dwi Laksono itu merupakan karya advokasi pertama Watchdoc yang dirilis pada 9 Desember 2019. Misi pemutaran film dan diskusi HAM ini adalah untuk merawat kembali ingatan tentang sosok Munir. Ia tewas diracun di pesawat saat hendak merantau ke Belanda.

Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati meminta agar kasus pelanggaran HAM segera dituntaskan. Menurutnya, hal itu menjadi tantangan bersama bagi para pegiat HAM dan seluruh masyarakat Indonesia. Ia mendesak sekaligus menagih janji Presiden Joko Widodo untuk segera menyelesaikan kasus tersebut.

“Dalam kasus ini Presiden bertanggung jawab kepada publik,” tegas Asfinawati.

Ada beberapa hal, kata Asfi, yang harus dilakukan pemerintah dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Pertama, menagih janji Peninjauan Kembali (PK) dari Kejaksaan Agung. Kedua, membuka temuan Tim Pencari Fakta (TPF) yang masih bisa dikembangkan. Yang terakhir, mendorong pembuatan TPF baru.

Ia menambahkan, siapa dalang di balik kejahatan kemanusiaan yang tega merenggut nyawa itu bisa saja terungkap.

Komisioner Pemantauan/Penyelidikan Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia, Mohammad Choirul Anam menegaskan bahwa kasus pembunuhan Munir amat penting untuk dituntaskan. Hal ini untuk memastikan bahwa tata kelola negara sudah dijalankan dengan benar.

“Kasus Munir adalah kunci dari banyaknya rangkaian kasus pelanggaran HAM yang belum dituntaskan oleh negara,” ungkap Anam.

Novia Astriani, penggagas Sahabat Munir, kerap menyuarakan aksi dan kampanye kreatif bersama komunitasnya untuk menyuarakan kasus Munir.

“Waktu itu pernah melakukan aksi bersama komunitas vespa untuk aksi gerakan Munir,” ucap Novia

Selain komunitas vespa, juga terdapat elemen masyarakat lain yang ikut tergabung dalam gerakan kampanye yang digagas oleh Sahabat Munir, seperti mahasiswa, masyarakat perkotaan kelas menengah ke bawah, komunitas petani di Batam, bahkan masyarakat yang dulu pernah dibantu oleh Munir.

“Berpuluh-puluh bus mereka datang dari Batam hanya untuk menyaksikan sidang putusan Munir,” ungkap Novia

Novia dan kawan-kawan Sahabat Munir ingin menyebarluaskan semangat anak muda untuk terlibat dalam kampanye-kampanye yang mendukung penuntasan kasus pelanggaran HAM.

“Anak muda bisa menyalurkan gagasan dan aspirasinya dalam penuntasan pelanggaran HAM di Indonesia lewat wadah Sahabat Munir ini,” ajak Novia.

Anggita Raissa Amini

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Kuasa Oligarki dan Aktivisme Kelas Menengah Previous post Kuasa Oligarki dan Aktivisme Kelas Menengah
Gawat! Normalisasi Kasus Pelecehan Seksual Next post Gawat! Normalisasi Kasus Pelecehan Seksual