Merawat Sejarah Lewat Museum Prangko

Merawat Sejarah Lewat Museum Prangko

Read Time:2 Minute, 4 Second

Merawat Sejarah Lewat Museum Prangko

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang berlokasi di Jakarta Timur memiliki berbagai macam tempat hiburan. Kawasan wisata bertema Indonesia itu juga dikenal memiliki banyak museum, museum prangko menjadi salah satunya. Untuk dapat menyambangi Museum Prangko, pengunjung dapat menggunakan berbagai jenis transportasi mulai dari mobil, motor, serta angkutan umum seperti bus TransJakarta hingga kereta rel listrik.

Sebelum memasuki Museum Prangko, pengunjung memasuki gerbang TMII terlebih dahulu dengan membayar tiket sebesar 20 ribu rupiah. Setelah membayar, pengunjung dapat menuju museum prangko yang lokasinya berdekatan dengan museum komodo dan taman reptil. Selanjutnya, pengujung dapat memasuki museum prangko dengan membayar tiket masuk sebesar 5 ribu rupiah serta memindai kode QR di aplikasi PeduliLindungi. Pengunjung juga diarahkan untuk melakukan cek suhu terlebih dahulu. Setelahnya, pengunjung dapat langsung menikmati fasilitas serta melihat berbagai koleksi prangko yang dapat memanjakan mata.

Saat memasuki ruangan, terlihat logo pos Indonesia serta patung kera hanoman berdiri gagah di depan museum yang seakan-akan menyapa para pengunjung. Bangunan yang kental dengan nuansa Bali itu memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Museum ini memiliki beragam koleksi prangko yang hadir dari dalam maupun luar negeri. Prangko yang ada di museum ini disusun dengan rapi pada sebuah etalase tembus pandang dan dipajang di sekeliling ruangan. Jumlah koleksi prangko di museum ini mencapai 500 sampai 1000 prangko yang memuat tema serta gambar yang berbeda-beda. Koleksi yang tersedia pun dimulai dari tahun 2000-an.

Menurut keterangan salah seorang Pengelola Museum Prangko Benih, Tien Soeharto merupakan pihak yang memprakarsai didirikannya museum ini puluhan tahun silam, tepatnya pada 29 September 1983. Benih juga menuturkan, dalam pembentukan museum ini, Tien  mendapat gagasan setelah mengunjungi pameran prangko yang diadakan oleh PT. Pos Indonesia pada acara Jambore Pramuka Asia Pasifik Ke-6 di Cibubur pada Juni 1981. “Prangko di museum ini memiliki beragam jenis tema yang terinspirasi dari suatu peristiwa serta ciri khas yang ada di Indonesia,” ucap Benih Selasa (9/11).

Benih lanjut mengatakan, seiring perkembangan zaman, prangko mulai ditinggalkan serta dilupakan oleh masyarakat sebab munculnya perkembangan digitalisasi di seluruh aspek kehidupan. Oleh sebab itu, pihak pos indonesia mengusung konsep baru yaitu PRISMA (Prangko Identitas Milik Anda). “Di tengah situasi seperti sekarang, kami memanfaatkan digitalisasi dalam menjual prangko melalui website serta media sosial Pos Indonesia dengan harga yang terjangkau,” imbuh Benih.

Menurut keterangan salah seorang pengunjung museum prangko Wahyu, kehadiran museum prangko ini dapat membuka wawasan masyarakat mengenai prangko bahkan hingga sejarahnya. “Saya pribadi menyukai prangko pos udara karena memiliki tampilan menarik, gambarnya pun bagus sekali,” ujar Wahyu, Selasa (9/11).

AFA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Catatan untuk Birokrasi Kampus Previous post Catatan untuk Birokrasi Kampus
UIN Jakarta Dukung Permendikbud Anti Kekerasan Seksual Next post UIN Jakarta Dukung Permendikbud Anti Kekerasan Seksual