Kampanye dan debat Paslon FST berakhir buyar. Penyebab utamanya yakni KPM dan Paslon Dema menghilang tanpa kabar serta mengkhianati kesepakatan.
Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa) sedang berlangsung di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Dilansir dari akun Instagram @official.kpmuinjkt, kampanye dan debat kandidat dilaksanakan pada 13–16 Desember. Kampanye Pasangan Calon (Paslon) terdiri dari Dewan Mahasiswa (Dema) dan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Fakultas Sains dan Teknologi (FST) berlangsung luring di Teater Lantai 4 Gedung FST, pada (15/12).
Berdasarkan pantauan Institut, acara tersebut tidak berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Dalam poster yang terunggah di story Instagram @kpm.uinjkt, debat dan kampanye dimulai pukul 09.30 WIB, namun panitia baru memulai acara pada pukul 10.30 WIB. Setelah Paslon dari Dema menyampaikan visi misi, timbul kegaduhan dari pihak mahasiswa sehingga suasana tidak kondusif.
Wakil Ketua Dema FST Periode 2022-2023 Aziz Ramadhani mengungkapkan, kegaduhan tersebut berawal karena Koordinator KPM (Komisi Pemilihan Mahasiswa) dengan Moderator kurang menyosialisasikan peraturan debat dan kampanye. “Penyebabnya mahasiswa tidak diperbolehkan untuk bertanya,” ungkap Aziz, Jumat (15/12).
Lanjut, Aziz menuturkan, pihak dekanat, Koordinator KPM FST, Dema FST, HMPS, dan Paslon telah membuat kesepakatan untuk memberhentikan sementara acara dan melanjutkan kembali setelah salat Jumat. Namun, Koordinator KPM FST beserta Paslon menghilang tanpa keterangan yang jelas setelah salat Jumat. “Teman-teman HMPS bahkan dekanat sudah berupaya menghubungi Koordinator KPM beserta Paslon. Akan tetapi tidak ada jawaban hingga sore hari,” tuturnya.
Mahasiswa Prodi Agribisnis Udin—bukan nama sebenarnya mengungkapkan, acara kampanye tidak berjalan dengan semestinya. Terlebih, Koordinator KPM FST tidak menepati janjinya untuk melanjutkan kampanye Paslon HMPS setelah salat Jumat. “Berarti memang ada kesalahan yang dilakukan, oleh karena itu dia kabur,” kata Udin, Jumat (15/12).
Selaras dengan keduanya, Mahasiswa Prodi Agribisnis Ridho—bukan nama sebenarnya mengatakan, kampanye ini tidak jelas karena ada beberapa poin yang tidak dilakukan, seperti debat terbuka yang diganti menjadi penyampaian visi misi saja. “Kenyataan yang terjadi berbeda, acara ini tidak bisa dikatakan sebagai debat karena hanya ada satu Paslon,” tutur Ridho, Jumat (15/12).
Ridho mengungkapkan, sebelumnya di Teater lantai 4 Gedung FST, Koordinator KPM FST dan Moderator telah menjanjikan acara ini akan berlanjut setelah salat Jumat. Namun, kenyataannya sampai sore tidak ada tindak lanjut dan informasi yang jelas. Seharusnya, Koordinator KPM bisa memberikan informasi dengan jelas. “Bukan hanya informasi pesan yang diteruskan melalui WhatsApp dan tidak jelas sumbernya,” jelasnya.
Pada Sabtu (16/12), Koordinator KPM FST telah mengadakan kelanjutan kampanye untuk HMPS secara daring melalui Zoom Meeting pada pukul 12.00 WIB. Namun, Paslon HMPS dan Mahasiswa lainnya tidak bergabung ke dalam Zoom Meeting tersebut.
Ridho menegaskan, akibat dari ketidakjelasan dan ketidakkonsistenan Koordinator KPM FST, banyak pihak yang kecewa seperti Dema dan HMPS periode 2022-2023 serta beberapa mahasiswa FST. “Kami tidak menganggap acara ini selesai karena waktu susunan acara yang mundur, dan tidak ada informasi yang jelas dari Koordinator KPM,” tegasnya.
Sejak Jumat (15/12) pukul 10.17 WIB hingga berita ini terbit, pihak Institut sudah beberapa kali menghubungi Koordinator KPM FST Achmad Dimas Madani. Namun, pihaknya tidak menanggapi.
Institut juga sudah beberapa kali menghubungi Paslon Sabda–Amel sejak Minggu (17/12) pukul 09.00 WIB hingga berita ini terbit. Namun, tidak kunjung mendapat jawaban untuk diwawancarai. “Maaf sedang masa tenang Pemilwa,” pungkas Sabda saat diwawancarai melalui telepon, Minggu, (17/12).
Reporter : MSA
Editor: Ken Devina
Average Rating