Fenomena Fatherless Ganggu Perkembangan Remaja

Fenomena Fatherless Ganggu Perkembangan Remaja

Read Time:3 Minute, 41 Second
Fenomena Fatherless Ganggu Perkembangan Remaja

United Nations Children’s Fund (UNICEF) menemukan bahwa sekitar 20,9 persen anak-anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah pada 2021. Menurut data survei sosial ekonomi nasional yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada 2021, jumlah anak-anak di Indonesia mencapai 30,83 juta jiwa. Jika diperhitungkan secara keseluruhan, maka 2.999.577 anak di Indonesia kehilangan sosok ayah atau fatherless pada 2021.

Kehilangan sosok ayah di Indonesia disebabkan beberapa faktor mulai dari perceraian, ayah meninggal dunia, hingga motif ekonomi. Dilansir dari situs web resmi BPS, pada tahun 2023 terdapat 448.126 kasus perceraian di Indonesia. Selanjutnya, dilansir dari website resmi UNICEF Indonesia, 14.495 anak-anak di Indonesia kehilangan ayah mereka akibat Covid-19. Hal tersebut mengindikasikan bahwa fatherless masih rentan menjangkit perkembangan anak-anak di Indonesia.

Pada Selasa (19/11), Institut mewawancarai secara khusus dosen psikologi perkembangan dan anak Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Rachmat Mulyono. Pada wawancara tersebut Mulyono menjelaskan pengaruh fatherless bagi perkembangan remaja. Sebelumnya, ia  sudah menerbitkan buku tentang psikologi perkembangan dan anak berjudul Menangani Anak Hiperaktif. 

Apa indikator jika seorang remaja mengalami fatherless

Dari buku Fatherless Boys Foundation, Fathers, All for Kids, Beat Anxiety, dan Birth Story Medicine, ada lima indikator jika seorang remaja terkena fatherless. Pertama, remaja lebih agresif. Hasil penelitian psikologi menjelaskan, remaja yang tumbuh kembang tanpa figur ayah cenderung bersikap agresif.  Hal tersebut dikarenakan kurangnya bimbingan dari ayah dalam pengendalian emosi. Indikator kedua, memiliki kepercayaan diri yang rendah. Tumbuh kembang remaja tanpa hadirnya seorang ayah akan membuat seorang remaja memiliki kepercayaan diri lebih rendah.

Selanjutnya, rendahnya prestasi akademik. Hal itu didasarkan pada hasil penelitian Osborne pada 2007 tentang anak-anak kelas 7–12 yang tinggal dengan satu orang tua kandung. Mereka akan mempunyai nilai rata-rata yang lebih rendah dibandingkan rekan sebayanya yang tidak mengalami fatherless. Lebih lanjut, 71 persen anak putus sekolah dikarenakan tidak memiliki ayah. 

Indikator keempat yaitu mempunyai masalah perilaku. Remaja yang tumbuh kembang tanpa ayah akan mengalami kesulitan dalam melakukan adaptasi sosial. Hal tersebut disebabkan karena tiadanya figur teladan yang dapat memberikan contoh langsung. 

Selanjutnya, remaja selalu berusaha lebih keras agar diterima di masyarakat. Hal tersebut membuat remaja fatherless mengorbankan kenyamanan dirinya untuk orang lain agar ia dihargai, dibutuhkan, dan diterima. Selain itu, remaja fatherless seringkali berusaha keras untuk berprestasi sebagai upaya membuktikan value dirinya terhadap orang di sekitarnya. 

Apa perbedaan dampak fatherless bagi remaja laki-laki dan perempuan?

Perbedaannya remaja laki-laki yang mengalami fatherless ditemukan sering terlibat dalam kenakalan remaja seperti, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan zat-zat psikotropika lainnya. Pada sisi lain, remaja perempuan yang mengalami fatherless ditemukan lebih mencari sosok lain pengganti ayah dari lingkungan dimana ia tinggal. 

Bagaimana fatherless memengaruhi perkembangan kognitif dan kesehatan mental remaja?

Berdasarkan penelitian psikologi, remaja yang dibesarkan tanpa sosok ayah mengalami masalah di bagian kognitif terutama pada kemampuan kinestetiknya. Hal tersebut terjadi karena ayah memiliki peran yang besar dalam hal motorik. Dampak fatherless berdasarkan gender pada remaja laki-laki akan memperlakukan perempuan di hidupnya sebagaimana ia melihat atau meniru ayahnya memperlakukan ibunya. Sedangkan pada remaja perempuan, adanya sosok ayah menjadi contoh sosok pertama remaja perempuan dalam melihat lawan jenis.

Ilmu parenting yang ideal harus ada peran ayah dan ibu secara seimbang. Jika dalam parenting tidak ada peran ayah, maka akan berdampak pada terhambatnya perkembangan remaja dan beresiko terjadi gangguan psikologi pada remaja. 

Bagaimana cara orang tua mencegah remaja agar tidak terkena fatherless

Perlu adanya kesadaran oleh ayah dan ibu dalam melakukan parenting terhadap remaja. Ayah dan ibu harus memberikan peran masing-masing secara maksimal. Contohnya dengan membantu anak remaja mereka mengenali potensi dan kelebihan yang dimiliki dan menghargai hal kecil yang mereka miliki. Jika remaja mereka mengeluhkan permasalahan, orang tua perlu memberikan dukungan agar anak remaja mereka mampu menyelesaikan masalahnya.

Apa yang bisa dilakukan oleh seorang remaja yang mengalami fatherless untuk menanggulangi permasalahan itu?

Pertama, cobalah mencari figur ayah yang baik di sekeliling remaja untuk memenuhi kebutuhan perkembangan diri dan peningkatan kualitas diri. Selanjutnya, perlu diingat tidak ada orang yang sempurna tapi kita dapat menjadi yang terbaik versi diri kita sendiri.

⁠Jangan berkecil hati tetap optimalkan potensi diri yang dimiliki dan terus belajar dari lingkungan sekitar. Selain itu, Jangan lupa dekatkan diri kepada tuhan dengan berdoa meminta pertolongannya. 

Fatherless merupakan permasalahan yang memerlukan kerjasama dari beberapa pihak terutama orang tua. Orang tua harus mengoptimalkan peran-perannya agar remaja tidak terkena fatherless yang mengganggu perkembangan dan prestasi akademik remaja

Reporter: RK
Editor: Shaumi Diah Chairani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Salurkan Kreativitas Lewat Seni Jalanan Previous post Salurkan Kreativitas Lewat Seni Jalanan
Kolaborasi Bangun Kultur Literasi Next post Kolaborasi Bangun Kultur Literasi