Ekspresi Wanita Lewat Instalasi Patung

Read Time:2 Minute, 7 Second

Sorot mata para pengunjung memperhatikan isi salah satu ruangan Gedung B Galeri Nasional, Minggu (24/9). Remang-remang dan hening. Begitu masuk ruangan, patung perempuan mengenakan gaun putih panjang menyambut pengunjung. Itulah sekilas mengambarkan pameran tunggal berjudul Pilgrimage karya Lenny Ratnasari Weichert.
Patung perempuan bergaun putih itu terdapat persis di depan pintu masuk ruangan menghadap dinding bertuliskan berbagai kalimat, seperti “You can chain me you can torture me, you can even destroy this body, but you will never imprison me to choose my own life.”  Sekilas kalimat itu berusaha mengekspresikan jiwa Leny untuk memilih jalan hidupnya.
Bukan hanya kalimat itu yang tertulis di dinding tersebut, tapi juga sebuah kalimat singkat, “I’ll be a mother, then an artist,” Dari kalimat tersebut Lenny menunjukkan bahwa ia dihadapkan pada dilema antara menjadi seorang ibu atau artis. Namun ia tetap yakin untuk memerankan keduanya.  Itulah suasana yang tergambar di zona pertama berjudul “To be or not to be.”
Melangkah ke bagian selanjutnya terdapat sebuah meja makan yang dihadiri sembilan tokoh perempuan berpengaruh dalam sejarah dan mitologi di dunia, yakni Malhayati, Colliq Pujie,  Bunda Theresa, Siti Khadijah, Helena Blavatsky, Aung San Suu Kyi, Dewi Sri, Venus, serta Dewi Kwam Im disimbolkan dengan piring unik di meja makan. Pada bagian ini seakan Lenny ingin memberikan contoh perempuan-perempuan hebat yang mampu mengubah sejarah peradaban manusia.
Dari meja makan tersebut berkumpul berbagai perempuan hebat dalam berbagai bidang. Dari situlah seniman ingin menunjukan bagaimana perempuan juga bisa memberikan kontribusi terhadap peradaban manusia.
Dalam pameran ini, Lenny sebagai ingin menggambarkan nasib perempuan. Ia menyuguhkan para pengunjung, video berisi nasib perempuan sejak zaman Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) tahun 1965, nasib Tenaga Kerja Wanita (TKW) pada tahun 1993 dan 2000 yang tidak mendapatkan hak-haknya, dipadukan dengan sembilan tokoh wanita dalam sejarah dan mitologi. Hal itulah yang tergambar pada zona kedua yang diberi judul “Dinner Club.”
Pada bagian selanjutnya terdapat sembilan patung sebagai penjelmaan dari sosok Fatimah binti Maimun tokoh perempuan yang berperan penting dalam penyebaran islam di Pulau Jawa pada abad ke-11 yang disimbolkan hanya dengan kerudung berbahan plastik warna hitam.
Di ruangan ini, kesembilan jelmaan dari Fatimah binti Maimun menghadap sebuah video yang menampilkan seorang perempuan bisu yang mencoba berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat diringi lagu  berjudul 12 November 1926. Itulah suasana yang tercermin pada zona ketiga yang berjudul  “Homage Anonymous.”
“Tujuan Lenny mengadakan pameran ini untuk memperkenalkan kepada kaum perempuan supaya melawan ketidakadilan dan pada zona terakhir mengkombinasikan wanita dalam islam kultural,” ujar Irmina Ovita Trismasari, salah seorang pemandu di Galeri Nasional, Minggu (24/9).
FFA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Dilema Organisasi Ekstra
Next post Dosen PA Antara Ada dan Tiada