Pentas Tunggal Postar Suguhkan Perpaduan Budaya

Read Time:1 Minute, 51 Second

Pentas Seni Pojok Seni Tarbiah (Postar), Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan (FITK) menampilkan “1001 Malam di Negeri Zamrud Khatulistiwa”. Pementasan dilakukan untuk merayakan ulang tahun Postar yang ketujuh tahun, Sabtu (27/4).

Pementasan yang disutradarai Kurnia Dewi menampilkan seluruh elemen yang ada di dalam Postar. Elemen Paduan Suara Tarbiyah (PST), Indie Band Postar (Band), Karawitan, Degung, Marawis, Tari Tradisional, dan Lingkar Sastra Tarbiah (LST) menjadi satu kesatuan di Negeri Khatulistiwa.

Dalam membungkus pementasan, Dewi terlebih dulu melihat ketujuh elemen. Seperti karawitan berasal dari daerah Jawa, dan tari tradisional dari Aceh, kemudian baru membuat naskah dan adegan yang sesuai dengan elemen-elemen yang ada. Pemilihan pemain sebelumnya juga dilakukan audisi oleh sutradara dan astrada untuk penari dan pemeran. Mengenai proses pelatihannya Dewi mengatakan, “setiap elemen berlatih sendiri-sendiri sesuai naskahnya dulu dan setelah itu latihan untuk seluruh elemen,” Sabtu (27/4).

Wakil Dekan III FITK Muhbib Abdul Wahab mengharapkan, Postar dapat melahirkan bakat-bakat seni yang bernuansakan islami. Ia mengatakan, “acara ini juga dapat ditingkatkan sehingga memberikan keindahan, keteduhan juga menginspirasi mahasiswa yang belum bergabung dengan Postar,” ujarnya, Sabtu (27/4).

Selain itu, ia berpesan untuk menjadikan Postar sebagai wahana berkreasi, dan untuk mengaktualisasikan diri. “Diharapkan mahasiswa yang sudah masuk dalam Postar ini dapat mengisi kekosongan dunia seni dan budaya yang ada di kampus,” tambahnya.

Tema yang diambil merupakan perpaduan, nuasa islam melalui Timur Tengah dengan memasukkan budaya-budaya Indonesia. “Jadi, memadukan antara UIN, Timur Tengah dan Indonesia,” papar Puguh Apria Rantau sebagai Ketua Umum Postar, Sabtu (27/4).

Mengenai tema yang diusung ia melihat, sudah lunturnya semangat orang Indonesia untuk menjaga budayanya sendiri. Diharapkan dengan pementasan ini pesan untuk menunjukkan budaya yang dimiliki sangat beragam dan pantas untuk dijaga dapat tersampaikan.

Ketua Panitia M. Faishal Ramdhan mengatakan, kesulitan yang dihadapi adalah masalah koordinasi dan komunikasi, mulai dari saat latihan yang datang hanya sedikit dan pada saat rapat teknis kurangnya koordinasi membuat perbedaan saat dilapangan. Untuk menanggulangi kekurangan tersebut, Faishal ingin lebih meningkatkan kerjasama dalam komunikasi.

Selain itu, kekurangan panitia salah satunya yaitu panitia penjaga meja tamu dan kurangnya koordinasi dalam latihan membuat dirinya takut gagal dalam mementaskan pertunjukan kali ini, tetapi semuanya tidak seperti yang dia takutkan, Ia menjelaskan, “semuanya berjalan sesuai dengan konsep yang telah diharapkan,” Sabtu (27/4). (Adi Nugroho)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Mempertanyakan Kaderisasi Perempuan pada Parpol
Next post Eli: Aku Berjalan Karena Iman