Langit (atas) dan Airin (bawah) sedang berbincang di adegan terakhir teater “Langit Mimpi”, Selasa (9/5) di Auditorium GRJS Bulungan. |
Cahaya kekuningan redup menyoroti Langit, seorang lelaki berbalut kain putih menyilang di pundaknya sedang duduk bersila di atas karpet hitam. Perlahan, cahaya redup itu semakin terang, sehingga raut wajah sedih Langit terlihat jelas. Iringan denting gitar yang terdengar syahdu semakin menggambarkan kesedihan Langit di atas panggung.
“Dua tahun lalu, aku telah meninggal. Kini, aku hidup di dunia atas,” ucap Langit.
Langit sangat mencintai Airin sejak ia masih berada di dunia bawah. Begitu pula dengan Airin, gadis yang sedang bermimpi saat ini. Airin yakin, ia akan segera terbangun dari tidur dan tersadar dari mimpi. Di saat itulah ia akan bertemu kembali dengan Langit.
Setiap hari, tanpa henti Airin mendatangi Pak De Pos . Ia mengirim surat dengan amplop merah untuk Langit. Ia yakin, Langit di dunia atas pasti membaca surat yang ditulisnya.
Mulanya, Pak De Pos ingin mengembalikan semua surat yang ditulis Airin karena tak tahu bagaimana caranya menyampaikan surat tersebut kepada Langit. Namun, melihat Airin yang terus memohon, Pak De Pos tak sanggup menolak permintaan Airin.
Sedangkan di dunia atas, Langit sedang bercerita kepada Awan tentang perasaannya kepada Airin. Langit meyakini bahwa ia akan tetap menunggu hingga Airin terbangun nanti, entah sampai kapan. Bagi Langit, tidak ada mimpi yang benar-benar panjang.
Awan hanya tertawa dan berkata, “Biarkan saja Airin terlelap dalam mimpinya. Biarkanlah ia menikmati mimpi yang ia jalani. Jangan kau ganggu mimpinya,” ucap Awan. Langit hanya terdiam mendengar ucapan Awan.
Di dunia bawah, tampak Pak De Pos sedang mengeluarkan selembar kertas dan amplop berwarna merah. Ia mulai menulis, kemudian melipat kertas itu, dan memasukannya ke dalam amplop.
Pak De Pos hendak menyerahkan surat itu kepada Airin untuk mengurangi duka Airin selama ini. Ia menduga, Airin berada di tempat yang sama ketika senja tiba, yakni di tempat pertama kali Airin bertemu dengan Langit.
Benar dugaannya. Airin masih menanti Langit di tempat yang sama. Dengan langkah mantap, Pak De Pos menghampiri Airin yang sedang duduk terdiam dan menyodorkan surat kepada Airin.
Airin terkejut melihat Pak De Pos menyerahkan surat balasan kepadanya. Airin tak menyangka, surat-suratnya selama ini akhirnya dibalas oleh Langit. Setelah menyaksikan ekspresi bahagia Airin, Pak De Pos pun meninggalkan Airin dengan senyum kecil dan kelegaan di dadanya.
Menjelang akhir pertunjukkan, tampak Airin sedang bersimpuh di depan makam langit. Ia terus menerus memanggil nama Langit. Langit yang mendengar namanya disebut, akhirnya berbicara dari dunia atas untuk Airin.
“Airin, maafkan aku yang tak mampu tepati janji untuk menemuimu lagi di tempat kita dulu. Saat kita bertemu lagi di sini, akan kutebus segala kesalahanku. Aku tahu, kau pasti sama yakinnya denganku, bahwa di dunia atas, kita akan bersatu dan tak terpisah lagi,” ucapnya.
Cahaya panggung makin meredup, menyoroti Airin dan Langit yang bergandengan tangan, saling menatap. Makin erat genggaman tangan Langit dan Airin, seolah mereka tak akan terpisahkan lagi.
Pertunjukkan dari Own Theater berjudul Langit Mimpi yand ditayangkan di Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta Selatan (GRJS) Bulungan, menceritakan tentang alur hidup manusia. Jasad manusia yang terbangun di dunia saat ini hanyalah mimpi dan bersifat sementara. Kelak, manusia akan benar-benar terbangun dan hidup abadi di dunia atas.
Sutradara, penulis naskah, sekaligus pemeran Langit, Dwi Hadiyanto Aswad mengatakan, sebagai manusia, hidup harus digunakan sebaik-baiknya. Hidup sangat singkat dan tidak bisa terulang kembali. “Seperti di teater tadi. Ketika Langit sudah meninggal, maka janji-janji yang sudah diungkapkan kepada Airin tidak lagi bisa ditepati,” ucapnya, Selasa (7/5). (Gita Juniarti)
Average Rating